Normal Baru Diprediksi Pacu Monetisasi Investasi Telkom

Sholahuddin Al Ayyubi
Minggu, 31 Mei 2020 | 19:50 WIB
Pendar cahaya dari lampu gedung Telkom Landmark Tower, kawasan Gatot Subroto, Jakarta Selatan./tlt.co.id
Pendar cahaya dari lampu gedung Telkom Landmark Tower, kawasan Gatot Subroto, Jakarta Selatan./tlt.co.id
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA -- Kondisi normal baru diprediksi dapat membuat investasi Telkom di sektor infastruktur digital lebih cepat termonetisasi.

Heru Sutadi, Direktur Eksekutif Information and Communication Technology (ICT) Institute, mengatakan peran teknologi dan informasi dewasa ini menjadi sangat penting di masa pandemi virus corona atau Covid-19 di Indonesia.

Dia berpandangan sejak 5 tahun lalu, Telkom sudah siap menghadapi situasi apapun, karena secara konsisten telah melakukan investasi yang besar untuk membangun infrastruktur digital di antaranya satelit, sistem komunikasi kabel laut (SKKL) lokal dan internasional, serta last mile berupa BTS, dan kabel optik.

"Jadi di masa PSBB kita baru merasakan manfaat dari infrastruktur yang dibangun Telkom. Tadinya mungkin kebutuhan sekunder, sekarang menjadi kebutuhan primer. Konsistensi dalam investasi besar di infrastruktur digital itu akan makin cepat return-nya di masa pandemi ini," tuturnya dalam keterangan resminya di Jakarta, Minggu (31/5/2020).

Dia berharap seluruh operator telekomunikasi tidak berhenti untuk menggelontorkan belanja modal besar di tengah pandemi virus corona atau Covid-19. Pasalnya, dia menilai bahwa wabah tersebut telah megubah perilaku masyarakat menjadi go digital.

“Kan sedih dengar Mendikbud dicurhati ibu-ibu tidak ada akses internet untuk belajar dari rumah. Sekarang kan kelihatan infrastruktur digital yang menjangkau hingga desa ya punya Telkom. Ini akan membuat utilisasi infrastruktur yang dibangun akan maksimal," katanya.

Mengutip Laporan Keuangan Telkom untuk 2019, total belanja modal perseroan pada 2019 tercatat sebesar Rp36,59 triliun atau 27% dari total pendapatan.

Belanja modal tersebut terutama digunakan untuk meningkatkan kapabilitas digital dengan terus membangun infrastruktur broadband yang meliputi BTS 4G LTE, jaringan akses serat optik ke rumah, jaringan backbone serat optik bawah laut dan terestrial, serta sebagian juga untuk keperluan bisnis menara.

“Kalau dilihat 5 tahun ke belakang selalu belanja modal Telkom itu alokasinya sekitar 25% dari total pendapatan. Keberanian mengalokasikan belanja modal yang besar ini menjadikan Telkom berada pada jalur yang tepat untuk menjadi digital telecommunication company,” ujarnya.

Analis Senior CSA Research Institute, Reza Priyambada mengemukakan jika melihat kinerja Telkom pada 2019 membuktikan bahwa jargon bisnis halo-halo sudah sunset itu tidak benar.

“Bisnis halo-halo enggak akan sunset selama pelaku usahanya mampu menyesuaikan dengan perkembangan jaman. Inovasi digital ke depan semakin berkembang dan maju. Jadi kalau operator mampu bersaing dan bertahan dengan kondisi yang ada maka mereka bisa tetap survive," tuturnya.

Dalam catatan, kinerja Telkom sepanjang 2019 yang meraih keuntungan sebesar Rp18,6 triliun sepanjang 2019 naik tipis 3,5% dibandingkan dengan periode 2018 sebesar Rp18 triliun.

Kinerja Telkom pada 2019 bisa dikatakan paling kinclong jika dibandingkan Indosat dan XL.

XL Axiata meraih laba bersih sebesar Rp713 miliar sepanjang 2019 berbanding terbalik dengan kondisi di 2018 yang mengalami kerugian Rp3,29 triliun.

Indosat Ooredoo berhasil membukukan laba sebesar Rp1,6 triliun di 2019 berbanding terbalik dengan posisi 2018 yang mengalami kerugian Rp2,4 triliun.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper