Bisnis.com, JAKARTA - Meski gerai di beberapa negara telah mulai dibuka kembali, Apple Inc diprediksi akan menghadapi periode tersulit pada kuartal kedua 2020 lantaran penjualan gawai yang terus melemah, kata Analis di KeyBanc.
Dikutip dari laman Phone Arena, Senin (11/5/2020), pendapatan penjualan iPhone turun 6,7 persen ke 28,96 miliar dolar Amerika Serikat pada laporan keuangan Januari-Maret 2020. KeyBanc memperkirakan penjualan iPhone merosot hingga 70 persen pada April secara year-on-year.
Penjualan pada April 2020 turun 56 persen dibandingkan Maret 2020. KeyBanc tidak menghitung penjualan di paruh kedua April karena pemerintah AS mengeluarkan stimulus pembayaran untuk warga yang terdampak pandemi virus corona.
Penjualan iPhone melalui metode dalam jaringan memang naik pada April dibandingkan Maret, namun KeyBanc berpendapat pembelian tersebut tidak menutup penjualan yang hilang karena toko-toko tutup.
Apple harus menutup sebagian besar dari total 458 toko di luar China karena pandemi Covid-19. Namun, belakangan ini toko Apple di beberapa negara seperti Amerika, Austria, dan Australia telah mulai berjualan kembali.
Namun, masyarakat dinilai masih berpikir ulang untuk mengganti ponsel baru karena mereka mengalami kesulitan keuangan dan pemutusan hubungan kerja.
Sisi baiknya, penjualan layanan dari Apple justru membaik. Sejak 2015, saat penjualan iPhone berada di puncak, Apple mulai fokus ke unit yang sudah aktif dan mulai menawarkan konten berlangganan.
Perusahaan berbasis Cupertino itu antara lain memiliki Apple Music, Apple TV+, Apple News+, Apple Arcade, iCloud, App Store, Apple Care+ dan Apple Pay.
Para pengguna gawai Apple membeli konten berbayar, misalnya game, untuk mengisi waktu saat karantina. Firma analisis Sensor Tower mencatat pembelian di App Store pada kuartal pertama tahun ini mencapai 2,1 miliar dolar di perangkat iPad.