Bisnis.com, JAKARTA - Data analitik dan mahadata (big data) diperkirakan bakal berperan penting dalam keberlangsungan industri bisnis telekomunikasi untuk pemulihan ekonomi di masa depan.
Vice President Industry Verticals OmniSci Herfini Haryono menjelaskan bahwa data analitik dibutuhkan dalam merencanakan kegiatan ke depan. Di sejumlah industri seperti telekomunikasi dan perbankan, penggunaan analitik data sudah menjadi bagian dari bisnis proses utama.
“Pembentukan segmentasi pelanggan, pengembangan produk segmen tertentu sudah menggunakan hasil dari data analitik. Pada pemerintahan, contoh konkret adalah untuk memantau kondisi PSBB, melacak pergerakan histori pasien positif Covid-19 misalnya. Ini dapat dengan cepat di deteksi dan dihindari penyebarannya dengan lebih baik,” jelasnya saat dihubungi Bisnis, Senin, (11/5).
Namun, dia menjelaskan bahwa saat ini kekuatan mahadata di Indonesia belum merata. Secara garis besar, katanya, penggunaan mahadata untuk sisi optimalisasi pendapatan sudah cukup berkembang dan akan berguna pada masa pasca pandemi.
“Hal yang masih perlu ditingkatkan adalah penggunaan analitik pada sisi operasional perusahaan. Bagaimana menggunakan data yang ada untuk mulai membangun sistem operasional yang lebih efektif dalam meningkatkan kepuasan pelanggan,” jelasnya.
Menurutnya, hal ini yang mungkin perlu ditingkatkan pasca pandemi. Selain itu, sistem operasional perusahaan dengan basis otomasi juga dapat ditingkatkan untuk mencapai kualitas terbaik, mengoptimalkan dan juga memudahkan operasional perusahaan yang rumit.
“Penggunaan big data analitik bisa membantu perusahaan untuk fokus memproduksi barang-barang ataupun layanan yang memang diminati pelanggan. Pada sektor pemerintahan, sistem Smart City terpadu akan sangat tergantung dari kesiapan analisa big data-nya,” tuturnya.
Dia menjelaskan bahwa untuk antisipasi ke depan daya dukung internet sangat dibutuhkan dalam kegiatan bisnis saat ini. Penggunaan analitik sangat diperlukan untuk memaksimalkan outcome yang diharapkan dari penerapan sistem berbasis daring/realtime.
Dia mengapresiasi antisipasi pemerintah yang telah menginisiasi proyek internet di luar Jawa, dengan pembangunan Palapa Ring. Juga pengkajian inisiatif peningkatan efisiensi belanja modal untuk operator telekomunikasi dan internet.
“Seperti pelaksanaan asset sharing, penambahan spektrum frequency sedang dilakukan. Dan proyek khusus untuk pembangunan BTS di desa terluar juga sedang dilaksanakan oleh BAKTI,” tuturnya.
Sementara itu, Direktur Eksekutif ICT Institute, Heru Sutadi mengatakan bahwa untuk memasuki industri 4.0 maka pengembangan mahadata dan data analitik menjadi sebuah keharusan.
“[Negara perlu] bukan sekadar menjadi pengguna untuk mengetahui tren penggunaan layanan secara internal, tapi juga kemampuan untuk menganalisis big data bisa juga menjadi layanan yang dapat dijual,” jelasnya.
Dia melihat bahwa data yang pergerakannya dalam berbagai sektor amat cepat, sangat besar, realtime dan termasuk video streaming sehingga maha data dan data analitik memiliki peran signifikan.
“Tidak bisa spreadsheet biasa menganalisis pergerakan data sekarang,” jelasnya.
Senada, Pengamat telekomunikasi dari Institut Teknologi Bandung Ian Joseph Matheus Edward melihat bahwa persaingan dunia telekomunikasi ke depan akan ditentukan oleh analitik data dan mahadata
Menurutnya, saat ini, operator telah melakukan investasi untuk adaptasi analitik data dan mahadata sehingga antisipasi yang perlu dicermati adalah jumlah sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni dalam menguasai teknologi tersebut.
“Peranannya sangat penting untuk pendukung perencanaan, implementasi dan pengambilan keputusan dengan melihat aspek yang luas dibanding dengan cara konvensional,” jelasnya.
Ke depan, Ian mengatakan bahwa operator bisa juga menjual hasil atau layanan analitik dan big data ini untuk kepentingan korporasi atau pemerintah lainnya.
“Karena investasinya besar, sehingga kalau resource-nya sharing akan menjadi masuk akal untuk biayanya,” jelasnya.