Bisnis.com, JAKARTA - Pendanaan kerap kali menjadi persoalan utama yang dihadapi pebisnis pemula atau startup yang ingin memulai usaha. Dahulu, bank menjadi salah satu solusi yang paling banyak dipilih, tetapi banyaknya persyaratan yang diajukan sering kali membuat mereka harus mundur perlahan.
Namun, sejak lima tahun terakhir pendanaan tak lagi menjadi permasalahan besar karena hadirnya para angel investor sebagai “malaikat” yang siap memberikan suntikan modal awal kepada para startup digital.
Jefri R Sirait, Ketua Asosiasi Modal Ventura untuk Startup Indonesia (Amvesindo), mengatakan aktivitas investor perorangan atau private investing ini, sebetulnya sudah ada di Indonesia sejak beberapa dekade, dalam berbagai macam format.
Hanya saja kehadirannya saat itu sulit diketahui karena kebanyakan angel investor berada di balik layar dan jarang terpublikasi. Seiring dengan semakin popularnya sejumlah startup digital seperti Gojek, Tokopedia, dan Bukalapak, peran penting angel investor mulai terangkat.
Sebab tidak dapat dipungkiri bahwa kelahiran para unicorn tersebut bermula dari kepercayaan yang diberikan para angel investor kepada para founders. Salah satu pioneer angel group di Indonesia yang mempopularkan istilah angel investor adalah ANGIN (Angel Investement Network Indonesia).
“Angel investor adalah bagian yang tak terpisahkan dalam ekosistem startup. Perannya sangat penting, mereka adalah risk capital yang memungkinkan entrepreneur memiliki modal untuk mengembangkan bisnis pada fase paling awal, di mana tidak banyak (atau tidak ada) pilihan pendanaan lainnya. Mereka seperti percikan api yang menyalakan bensin di dalam sebuah mesin,” tuturnya.
Ketertarikan para angel investor memberikan suntikan modal kepada perusahaan rintisan karena adanya faktor kedekatan dengan para founder startup tersebut. Di samping itu, tentu saja sebagai bisnis, angel investor menginginkan keuntungan secara finansial yang dihitung dari kenaikan nilai saham perusahaan yang diinvestasikan.
Umumnya mereka akan melakukan investasi pada sektor yang sudah cukup dimengerti atau familiar. Sebab, bentuk dukungan yang diberikan bukan hanya sekadar dana tetapi juga jaringan dan nasehat bisnis.
“Para angel investor melihat bahwa investasi di perusahaan rintisan sebagai diversifikasi portofolio, dan mereka percaya ada potensi imbalan yang baik. Karena itulah biasanya mereka mendukung para entrepreneur muda yang memiliki ide menarik dan feasible,” tuturnya.
Lebih lanjut Jefri mengatakan bahwa venture capital dan angel investor akan selalu bekerja berdampingan. Modal ventura biasanya akan mendanai perusahaan pada tahapan pendanaan lanjutan setelah pendanaan awal dari angel investor.
Pasalnya, perusahaan modal ventura atau venture capital ini dikelola oleh investor profesional sehingga dana investasinya bisa lebih besar karena berasal dari para pemegang saham maupun investor eksternal yang membeli unit penyertaan pada struktur pendanaan atau dana ventura.
“Perusahaan rintisan yang didanai oleh angel investor yang kuat, akan memiliki nilai tambah dari kacamata pemodal ventura. Ketika startup menjadi besar, dan membutuhkan dana lebih besar maka mereka membutuhkan investor professional atau institutioinal, yang pendanaannya berasal dari perusahaan modal ventura,” tuturnya.
Total Pendanaan Untuk Startup
Berdasarkan laporan e-Conomy SEA 2019 yang dirilis oleh Google, Tamasek, dan Bain, yang dikutip dari bisnis.com, perekonomian digital di Indonesia merupakan yang terbesar dan tumbuh paling cepat di Asia Tenggara.
Ekonomi digital di Indonesia diproyeksikan mencapai US$40 miliar atau sekitar Rp567 triliun pada 2019 dengan tingkat pertumbuhan tahunan (CAGR) sebesar 49 persen. Bahkan diperkirakan pada 2025, ekonomi digital di Indonesia bisa menembus US$133 miliar sehingga menjadi ladang investasi yang menggiurkan bagi para investor.
Tak heran bila investasi yang ditanamkan oleh para angel investor dan venture capital tersebut bertumbuh dalam beberapa tahun terakhir. Menurut catatan Amvesindo perusahaan di Indonesia mencatatkan pendanaan sekitar US$3,5 miliar pada 2019 bertumbuh 11 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Sementara itu, perusahaan venture capital di Indonesia mencatat pertumbuhan aset sebesar 33 persen dari Rp8,7 triliun pada 2018 menjadi Rp12,7 triliun pada 2019.
“Tidak ada data yang pasti mengenai angel investment, tetapi melihat jumlah pendanaan startup yang bertambah, angka ini bisa menjadi salah satu proxy bahwa ada angel investors cukup aktif dan berkontribusi dalam investasi di Tanah Air,” tuturnya.
Seiring bertumbuhnya ekonomi, berkembangnya pengertian mengenai usaha rintisan, dan berhasilnya para unicorn dan startup melahirkan generasi baru pengusaha sukses, angel investing akan terus bertumbuh.
Namun, angel investor juga akan lebih selektif dalam memilih usaha yang akan didanai, terutama untuk usaha yang memiliki bisnis model nyata dan potensi monetisasi yang jelas.
Meski demikian, diakui oleh Jefri bahwa selama ini, peluang besar pendanaan investasi di perusahaan startup lebih banyak diserap oleh PMV/VC yang dibangun di bawah jurisdiksi negara lain. Padahal peluangnya masih sangat terbuka karena fase Indonesia masih dalam fase bertumbuh.
“Kompetisi untuk mendapatkan peluang pendanaan di perusahaan rintisan yang populer akan semakin tinggi. Namun di lain pihak, ini akan memacu investor lokal melirik sektor-sektor potensial lainnya agar usahanya memiliki kapabilitas global.”