Bisnis.com, JAKARTA - Peningkatan jumlah penyedia layanan jaringan telekomunikasi berdampak pada rendahnya harga sewa kabel serat optik di Indonesia, terutama untuk jaringan antarkota.
Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Jaringan Telekomunikasi (Apjatel) Arif Angga mengatakan harga sewa serat optik tiap tahunnya makin murah disebabkan tingginya tingkat suplai akibat jumlah pemain yang makin banyak.
Dia menjelaskan pada 2008 harga sewa per Mbps per bulan untuk jaringan tulang punggung atau backbone internasional sekitar US$700 atau setara dengan Rp8,4 juta (US$1 = Rp12.000). Artinya, saat itu sewa 1 Gbps per bulan mencapai Rp8,4 miliar, sedangkan sekarang hanya Rp25 juta.
“Paling kencang turunnya memang backbone. Kalau jaringan dalam kota harganya agak pelan turunnya. Sekarang [harga sewa] backbone Jakarta—Bali sekitar Rp25 juta per bulan, padahal 2 tahun lalu itu mungkin paling murah Rp60 juta per bulan,” kata Angga kepada Bisnis.com, baru-baru ini.
Dia mengatakan pelaku industri penyedia jaringan telekomunikasi berusaha mempertahankan harga sewa di kisaran Rp25 juta. Jika harga tersebut kembali turun, sulit bagi industri penyelenggara jaringan telekomunikasi untuk mendapat untung.
Adapun, mengenai lambatnya penurunan harga sewa jaringan dalam kota dibandingkan dengan jaringan backbone antarkota, kata Angga, disebabkan kebutuhan terhadap jaringan dalam kota terus bertambah. Saat ini kisaran harga sewa jaringan dalam kota sekitar Rp10 juta—Rp20 juta per bulan.
“Ibaratnya dalam kota narik kabelnya tidak panjang, sedangkan backbone hingga ratusan Km. Harganya tipis. Jadi backbone menarik kabelnya ratusan km harganya Rp25 juta per bulan, sedangkan jaringan dalam kota hanya tarik puluhan km, harganya Rp20 juta. Harganya lebih bagus yang di dalam kota,” kata Angga.