Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Joko Widodo akhirnya meresmikan proyek Palapa Ring di Istana Negara, Jakarta, Senin (14/10/2019) setelah molor dari rencana awal pada kuartal II/2019.
Jokowi menandatangani prasasti digital peresmian Palapa Ring disaksikan oleh Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara, Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution dan Sekretaris Kabinet Pramono Anung.
Palapa Ring itu terdiri dari tiga sistem yaitu Palapa Ring Barat, Palapa Ring Tengah dan Palapa Ring Timur. Rudiantara mengatakan Palapa Ring Barat sudah selesai sejak 2018, Palapa Ring Tengah selesai awal 2019 dan Palapa Ring Timur selesai akhir Agustus 2019.
"Yang Palapa Ring Timur yang khususnya mencakup Papua, Maluku dan Nusa Tenggara Timur sampai ke Rote Ndao rencananya jadwalnya (selesai) pada akhir kuartal II namun di Papua kondisi geografisnya yang tidak memungkinkan menyelesaikan tepat waktu," kata Rudiantara saat menyampaikan kata sambutan di Istana Negara.
Sementara itu, Jokowi mengatakan medan paling berat adalah di Indonesia Timur, terutama di Papua. Jokowi mengatakan tidak semua kabel yang digunakan di Papua adalah fiber optik, melainkan juga menggunakan antena besar.
Menurutnya, membawa kabel sampai membangun menara di Papua tidaklah mudah. "Ini lah kesulitan di Indonesia. Saya kira sangat berbeda sekali kalo kita bandingkan dengan negara-negara di sekitar kita," kata Jokowi.
Secara sederhana, Palapa Ring dapat dipahami sebagai suatu sistem yang dibangun supaya kecepatan internet yang digunakan oleh masyarakat dapat lebih cepat. Rudiantara mengatakan Palapa Ring seperti "jalan tol" untuk internet kecepatan tinggi.
Rudiantara mengatakan konsep Palapa Ring telah dirancang sejak 2005 namun baru dapat direalisasikan sepuluh tahun kemudian pada 2015 setelah pemerintah menggunakan konsep Kerjasama Pemerintah Badan Usaha.
Dalam kesempatan tersebut, Rudiantara juga menyoroti rendahnya belanja infrastruktur teknologi komunikasi dan informasi (ICT) Indonesia jika dibandingkan dengan sejumlah negara tetangga seperti Singapura dan Thailand.
Tanpa menyebut tahun, Rudiantara menyatakan belanja pemerintah Indonesia untuk infrastruktur ICT hanya sekitar 0,1 persen dari produk domestik bruto. Sebagai perbandingan, Rudiantara menyatakan belanja ICT pemerintah Thailand sebesar 0,3 persen dari PDB dan Malaysia 0,6 persen.
“Kalau dihitung per kapita Pemerintah Malaysia itu membelanjakan 18-19 kali lebih besar bagi warga negaranya dibanding Indonesia bagi Warga Negara Indonenesia. Ini adalah tantangan kita ke depan membangun infra ICT untuk pembangunan ekonomi digital,” kata Rudiantara.
Rudiantara mengatakan pembangunan ekonomi digital tidak bisa ‘sak det sak nyet’ atau dalam waktu singkat melainkan jangka panjang. Rudiantara mengatakan Indonesia harus membangun satelit-satelit supaya bisa menikmati internet kecepatan tinggi dengan kecepatan minimal 10 megabyte per detik.
“Indonesia, dibanding negara tetangga, dalam hal ICT infrastruktur kita masih ketinggalan. Kita masih di belakang Singapura sudah pasti, Thailand, Malaysia, karena mereka negara daratan, kita negara kepulauan,” kata Rudiantara.