Bisnis.com, JAKARTA - Ketua Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) Jamalul Izza mengatakan jaringan backhaul akses ke pelanggan menjadi alasan sejumlah operator penyelenggara internet belum menggunakan Palapa Ring, termasuk Palapa Ring Timur.
Jika jaringan backhaul tersedia, sambungnya, operator yang bergabung diperkirakan akan makin ramai.
“Yang menjadi masalah itukan baru sampai ke ‘gerbang tol’ untuk ke dalam backhaulnya belum, yang paling penting sekarang bagaimana dari provider ke pintu tol tersebut,” kata Jamal.
Adapun untuk mengetahui tarif sewa yang dikenakan terlalu mahal atau tidak, kata Jamal, perlu dilakukan perhitungan secara komprehensif.
Sebelumnya, Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (Bakti), Kementerian Komunikasi dan Informatika mengeluarkan tarif sewa Palapa Ring Timur. Bakti membandrol tarif sewa dikisaran Rp10 juta—Rp552 juta per bulan. Tarif tersebut dijadwalkan mulai berlaku pada Oktober.
Berdasarkan dokumen yang diterima Bisnis, Selasa (18/9/2019) tarif proyek Palapa Ring 11—yang menjadi bagian Palapa Ring Timur—yang menghubungkan Kota Ransiki, Raisei, Nabire, Botawa, Serui, Biak, Sorendiweri, Numfor dan Manokwari, Papua menjadi yang termahal.
Bakti memasang harga sewa Rp69 juta per bulan untuk kapasitas sebesar 1 Gbps dan Rp552 juta per bulan untuk 10 Gbps. Tarif sewa ini menjadi yang termahal dibandingkan dengan proyek Palapa Ring lainnya.
Sebagai perbandingan, tarif sewa Palapa Ring Barat berkisar Rp20 juta—Rp445 juta per bulan, sedangkan Palapa Ring Tengah Rp9 juta—Rp240 juta per bulan.