Bisnis.com, JAKARTA - Samsung Electronics berhasil membukukan laba lebih besar dari perkiraan para analis, didongkrak oleh ciamiknya permintaan untuk smartphone produksi raksasa elektronik asal Korea Selatan ini.
Laba usaha Samsung mencapai 7,7 triliun won (US$6,4 miliar) pada kuartal III/2019. Raihan tersebut melampaui proyeksi para analis untuk laba sebesar 6,97 triliun won, menurut perkiraan yang dihimpun oleh Bloomberg.
Adapun nilai penjualan untuk kuartal III mencapai 62 triliun won, mengalahkan proyeksi rata-rata yang dihimpun oleh Bloomberg sebesar 61,14 triliun won.
Baca Juga Ini Alasan Samsung Tolak CEO Plagiat |
---|
“Itu adalah hasil yang lebih baik dari perkiraan karena bisnis seluler membuat peningkatan besar,” ujar Park Sung-soon, analis di Cape Investment & Securities, dikutip dari Bloomberg (Selasa, 8/10/2019).
Samsung, produsen smartphone nomor wahid di dunia, diuntungkan oleh permintaan yang kuat untuk ponselnya, Galaxy Note 10, juga untuk iPhone 11 Pro besutan Apple, yang menggunakan display OLED karya Samsung.
Namun, bisnis cip memori tetap dipandang menjadi bisnis Samsung yang paling menguntungkan. Sayangnya, bisnis ini masih terbebani dampak perang perdagangan Amerika Serikat-China dan pembatasan ekspor oleh pemerintah Jepang.
Smartphone high-end baru produksi Samsung, termasuk Galaxy Note 10 dan Galaxy Fold, membantu meredam penurunan laba dalam bisnis cip memori.
Sementara itu, bisnis display-nya pulih dari kemerosotan, didukung kuatnya permintaan untuk display OLED ponsel-ponsel cerdas seperti iPhone 11 milik Apple.
Lingkungan bisnis yang volatil akibat perang dagang AS-China dan Korea Selatan-Jepang telah memicu ketidakpastian dan mempersulit pasar untuk mengukur permintaan.
Ketika pembatasan ekspor oleh Jepang terhadap bahan-bahan yang digunakan dalam produksi cip dan display dimulai pada awal Juli, klien meningkatkan inventaris komponen memori mereka untuk meminimalkan risiko, menurut catatan TrendForce pada 26 September.