Bisnis.com, JAKARTA — Laporan terbaru Check Point berjudul Cyber Attack Trends: 2019 Mid-year mengungkapkan terdapat 5 jenis malware yang berpotensi berkembang di Indonesia. Kelima malware tersebut, antara lain ransomware (11%), malware perbankan (30%), malware seluler (34%), cryptominers (48%), dan botnet (42%).
Berdasarkan keterangan resmi yang diterima Bisnis.com, Senin (16/9/2019), di tengah bisnis malware yang berkembang begitu pesat serta makin menguntungkan, kelima jenis tersebut diciptakan untuk menyerang institusi pemerintahan, perusahaan, dan individu.
Direktur Regional Asia Tenggara di Check Point Software Technologies, Evan Dumas, mengatakan, baik itu ponsel, media penyimpanan data, atau pun layanan on-premise, tidak ada yang kebal terhadap serangan.
“Apapun yang digunakan dapat menjadi sasaran mereka, baik saat melakukan perdagangan saham atau ketika memegang peranan penting dalam lembaga pemerintahan. Kita bicara soal data, khususnya data penting," ujarnya, Senin (16/9/2019).
Selain itu, platform dagang-el termasuk salah satu target utama dari serangan malware. Salah satu jenis malware ponsel yang ditemukan oleh peneliti Check Point, yakni Agent Smith, setidaknya telah menjangkiti lebih dari 570.000 perangkat di Indonesia, sementara para penggunanya masih belum menyadari.
Adapun, mirip dengan aplikasi Google, bagian inti dari malware ini mengeksploitasi beberapa kelemahan sistem operasi Android dan secara otomatis dengan mengganti aplikasi yang sudah terpasang pada gawai tanpa diketahui oleh pengguna.
Agent Smith juga digunakan untuk mendongrak keuntungan dengan penggunaan iklan berbahaya. Malware tersebut sangat mungkin digunakan dalam setiap upaya pencurian kredit bank serta penyadapan.