Bisnis.com, JAKARTA — Industri TV berbayar yang masih bertahan di Indonesia hingga saat ini harus mengatasi tantangan cakupan layanan dan teknologi, agar tidak bernasib sama seperti Nexmedia yang memutuskan untuk berhenti siaran akhir bulan depan.
Sebagaimana diberitakan Bisnis.com kemarin, Senin (29/7/2019), PT Mediatama Anugerah Citra mengumumkan bakal berhenti melakukan siaran untuk Nexmedia per 31 Agustus 2019.
Ketua Bidang Industri 4.0 Masyarakat Telematika Indonesia Teguh Prasetya menilai alasan Nexmedia tidak mampu bertahan adalah karena cakupan Nexmedia yang terbatas di sekitar Jabodetabek.
Dia mengatakan pendapatan yang diperoleh dari lingkup terbatas tersebut, sulit mengimbangi biaya operasional yang harus perseroan bayarkan tiap bulannya, terlebih harga konten siaran sangat mahal.
Dia berpendapat bahwas lebih dari 80% pendapatan yang diperoleh NNexmediadan perusahaan TV berbayar lainnya digunakan untuk membayar operasional.
"Jadi cover dia terbatas karena dia memiliki frekuensi," kata Teguh kepada Bisnis.com, Selasa (30/7/2019).
Dia menambahkan selain cakupan, faktor yang menyebabkan Nexmedia dan bisnis TV berbayar lainnya mulai pudar adalah akibat perubahan ekosistem dari televisi ke media alternatif yaitu video streaming.
Dia mengatakan video streaming saat ini telah menawarkan kualitas gambar yang sangat baik dan lebih murah, sehingga pelanggan perusahaan TV berbayar mulai beralih.
Senada, Ketua Program Studi Magister Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung (ITB) Ian Yosef M. mengatakan bahwa industri tv berbayar saat ini kalah bersaing dengan industri tv kabel melalui yang menggunakan serat optik atau fiber to the home (DTTH).
TV kabel, kata Ian, memiliki kelebihan dibundling dengan internet. Di samping itu, harganya juga tidak jauh berbeda dengan layanan TV kabel.
"Yang pasti kalah bersaing dengan tv kabel yang saat ini dengan fiber," kata Ian.
Ian menambahkan meskipun TV berbayar menggunakan satelit DVB-S untuk menyasar daerah terpencil, karena tidak terhubung dengan serat kabel optik daerah tersebut.
Namun, pendapatannya tidak sevanding dengan bisnis TV kabel FTTH di perkotaan. Bagi orang yang tinggal di perkotaan biaya tidak menjadi masalah.
"Yang pasti paling unggul FTTH dibandingkan dengan tv berbayar yang menggunakan DVB S2," kata Ian.
Dia mengatakan jika TV berbayar dengan DVB S2 ingin bersaing di perkotaan, biaya yang mereka harus keluarkan untuk operasional akan lebih mahal dibandingkan dengan serat optik.
Sedangkan untuk menyasar daerah terpencil, daya beli masyarakat di sana tidak terlalu besar. Oleh karena itu, menurut Ian sudah saatnya teknologi yang digunakan oleh tv berbayar di-bundle dengan internet.
"Zaman sekarang harus ada internetnya. DVB-R T2 Digital Video Broadcast Return Channel T2, konsepnya harus bisa dua arah. Bisa playback dan lain-lain," kata Ian.
Sementara itu, Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi, mengatakan Nexmedia tidak memiliki layanan yang bagus untuk diberikan, sehingga tergerus oleh layanan video on demand.