Bisnis.com, JAKARTA — Perusahaan fintech atau teknologi finansial masih menjadi magnet investor. Pada semester I/2019, kesepakatan pendanaan terbanyak diumumkan oleh perusahaan fintech.
Berdasarkan catatan Bisnis, dari total 29 pendanaan yang mengalir ke perusahaan rintisan di sepanjang semester I/2019, empat di antaranya dikucurkan ke perusahaan teknologi finansial, tiga di antaranya ke perusahaan rintisan bidang pemasaran.
Adapun dari segi tahapan pendanaan, pendanaan tahap awal memiliki jumlah paling banyak mencapai 10 pendanaan, diikuti oleh Series B 8 pendanaan, Series A 7 pendanaan, Series C dan D masing-masing satu pendanaan, dan dua pendanaan lainnya tidak diketahui tingkatannya.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Modal Ventura dan Startup Indonesia (Amvesindo) Eddi Danusaputro menyatakan, dunia perusahaan rintisan di Tanah Air mulai mengalami evolusi. Banyak perusahaan rintisan yang telah mendapatkan dana investasi tahap awal beberapa tahun lalu kini telah meningkatkan skala bisnisnya dan membutuhkan dana yang lebih besar.
“Kini investor lebih nyaman berinvestasi, dan lebih banyak dana terkumpul di series B. Artinya startup sudah evolusi, dan ini hal yang normal dan positif,” ujarnya, Senin (1/7).
Dia menambahkan, tekfin masih menjadi sektor yang tumbuh cukup agresif karena menyentuh banyak kehidupan masyarakat. Menurutnya, sektor ini juga memiliki banyak bagian yang potensial, mulai dari pembayaran, peminjaman, yang berdampak pada kegiatan masyarakat sehari-hari.
Selain itu, dia menyebut sektor lainnya yang juga tengah mengalami pertumbuhan antara lain agribisnis, kesehatan, pendidikan dan dagang-el. Sektor logistik yang menjadi pendukung dari industri dagang-el dan makanan/minuman juga disebut tengah naik daun.
“Produk yang menyentuh kebutuhan middle-class akan cepat mengalami pertumbuhan,” ujarnya.
Pendanaan terbesar di semester I/2019 ini merupakan Series D yang diraih oleh Zilingo, platform dagang-el fesyen asal Singapura yang memiliki cabang di Indonesia, dengan nominal mencapai US$226 juta dari Sequoia Capital, Temasek, Burda Principal Investments, Sofina, investment fund dari Singapura -EDBI dan investor yang sudah ada. Selanjutnya, platform teknologi finansial GoBear juga meraih pendanaan US$80 juta dari Walvis Participaties, Aegon N.V, diikuti oleh perusahaan teknologi kesehatan Halodoc yang menghimpun Series B US$65 juta dari UOB Venture Management, Singtel Innov8, Korea Investment Partners, dan WuXi AppTec.
Selain GoBear, perusahaan tekfin yang berhasil mendapatkan kucuran dana adalah agregator pembayaran Cashlez, peer to peer lending properti Gradana dan KoinWorks. Nilai investasi yang diraih oleh Cashlez dan Gradana tidak dipublikasikan, sedangkan KoinWorks menghimpun Series B senlai US$17,5 juta dari EV Growth dan Quona Capital.
Dua produsen kopi berbasis aplikasi, Fore Coffee dan Kopi Kenangan juga sama-sama menghimpun pendanaan pada semester ini. Fore Coffe menghimpun US$8,5 juta dari East Ventures, SMDV, Pavilion Capital, Agaeti Venture Capital, Insignia Ventures Partners, sedangkan Kopi Kenangan meraih US$20 juta dari Sequoia India.
Di sektor agribisnis, Kedai Sayur meraih pendanaan tahap awal US$1,3 juta dari East Ventures, sementara Tani Group menghimpun Series A US$10 juta dari OpenSpace Ventures, Intudo Ventures, Golden Gate Ventures, The DFS Lab.
Dagang-el masih menjadi salah satu sektor yang teraktif dan menghimpun pendanaan cukup besar. Selain Zilingo, perusahaan agregator dagang-el Shopback juga meraih Series B US$45 juta dari EV Growth dan Rakuten, serta EDBI.
Sementara itu, di sektor logistik, dua perusahaan mengumumkan peraihan pendanaan tahap awal. Keduanya adalah Triplogic yang mendapatkan pendanaan tahap awal dari East Ventures, dan Kargo Technologies yang menghimpun investasi US$7,6 juta dari East Ventures dan Genesia Ventures dengan partisipasi dari Denali Venture Partners.