Bisnis.com, JAKARTA — Beragam program yang digelar oleh Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi membuat permintaan kapasitas satelit menjadi lebih stabil.
Direktur Eksekutif Information and Communication Technology (ICT) Institute Heru Sutadi menilai hadirnya program Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (Bakti) membuat bisnis satelit menjadi lebih terukur.
Dia mengatakan bisnis satelit merupakan bisnis yang membutuhkan biaya investasi besar namun usia barang yang tidak lama atau hanya 15 tahun. Hadirnya program Bakti, menurutnya, memberi kepastian terhadap kapasitas data yang akan digunakan sehingga operator satelit dapat berhitung.
“Kalau melihat kebutuhan Bakti kan nampaknya bisnis satelit kian bergairah. Karena satelit kan bisnis mahal, umur pendek tapi pengguna fluktuatif . Namun dengan kebutuhan Bakti maka penggunanya jelas,” kata Heru kepada Bisnis, (29/6/2019).
Di samping itu, sambungnya, propek bisnis satelit di Indonesia juga didorong oleh kebutuhan masif beberapa sektor seperti perbankan, penyiaran, ilmu pengetahuan dan kesehatan yang masih bergantung pada satelit.
Tidak hanya itu, tutur Heru, satelit juga bisa memberi akses internet ke daerah-daerah yang sulit dijangkau oleh serat optik.
“Bahkan komunikasi antar-base tranceiver station (BTS) di pedalaman juga memakai satelit karena keadaan sulit untuk digelar kabel,” kata Heru.
Sebelumnya, Ketua Asosiasi Satelit Indonesia (ASSI) Hendra Gunawan mengatakan pada 2019 diperkirakan industri satelit tumbuh dua kali lipat dibandingkan dengan 2018, didorong oleh peningkatan penggunaan kapasitas data.
Dia menjelaskan pada 2018, penggunaan kapasitas satelit di Indonesia sebanyak 189 transponder atau sekitar 20 Gbps. Dari kapasitas tersebut, sambungnya, sebanyak 99% menggunakan satelit konvensional yang 77% diantaranya disuplai oleh satelit nasional.
Adapun pada tahun ini, angka tersebut diproyeksikan naik 100% menjadi 40 Gbps. Hendra mengatakan pertumbuhan penggunaan kapasitas disebabkan oleh sejumlah program milik Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi.
"Pertumbuhan didominasi oleh kebutuhan pemerataan infrastruktur dan layanan telekomunikasi ke seluruh wilayah Indonesia melalui program layanan Akses Internet (BAKTI Aksi) dan layanan backhaul BTS (BAKTI Sinyal)," kata Hendra kepada Bisnis, Jumat (29/6/2019).
Diketahui lewat program Bakti Aksi dan Bakti Sinyal, pemerintah berencana membangun 5.000 BTS di daerah terdepan, terluar dan tertinggal (3T) untuk memberikan akses internet yang merata. Program tersebut berjalan dengan melibatkan pemerintah daerah setempat dan sejumlah operator telekomunikasi termasuk operator satelit.