Qualcomm Proyeksi Pendapatan di Bawah Ekspetasi Imbas Tarif Trump dan Peralihan Apple

Leo Dwi Jatmiko
Kamis, 1 Mei 2025 | 10:20 WIB
Ilustrasi memory chips yang dipajang dalam Semiconductor Exhibition (SEDEX) di Seoul, Korea Selatan pada Rabu (23/10/2024). / Bloomberg-SeongJoon Cho
Ilustrasi memory chips yang dipajang dalam Semiconductor Exhibition (SEDEX) di Seoul, Korea Selatan pada Rabu (23/10/2024). / Bloomberg-SeongJoon Cho
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA — Perancang chip seluler, Qualcomm, memperkirakan pendapatan kuartal III/2025 yang tidak memenuhi ekspektasi imbas perang dagang yang dipicu oleh Presiden AS Donald Trump dan langkah Apple yang mulai mengadopsi chip buatannya sendiri.

Chief Financial Officer Qualcomm, Akash Palkhivala mengatakan kepada analis setelah pengumuman hasil kinerja perusahaan, bahwa perkiraan kuartal ketiga Qualcomm mencerminkan dampak tarif "seperti yang berlaku saat ini." 

Namun, dia juga menekankan bahwa situasi ini dapat berubah dengan cepat seiring perkembangan tensi perdagangan AS-China.

"Kami tidak melihat dampak material dan langsung yang signifikan - ada dampak [kebijakan tarif] langsung yang lebih kecil dan beberapa perubahan kecil dalam permintaan,(Sulit) bagi kami untuk memprediksinya,” kata Palkhivala dikutip dari Reuters, Kamis (1/5/2025). 

Qualcomm memperkirakan pendapatan kuartal ketiga sedikit di bawah perkiraan Wall Street, dengan ekspektasi permintaan chip ponsel pintar yang lesu. 

Selain itu, Apple, yang dikenal sebagai pelanggan terbesar Qualcomm, juga telah mulai memproduksi chip modemnya sendiri. 

Para analis memperkirakan Apple akan membeli lebih sedikit modem dari Qualcomm seiring dengan diperkenalkannya chip buatan sendiri ke lebih banyak produknya.

Saham Qualcomm, yang sebelumnya telah turun lebih dari 3% sepanjang tahun ini, kembali merosot 6% dalam perdagangan setelah penutupan pasar. 

Para investor menunjukkan kekhawatiran terhadap gejolak perdagangan global.

Saat ini, chip Qualcomm dikecualikan dari tarif tinggi yang diberlakukan Trump. Namun, perlambatan pertumbuhan ekonomi kemungkinan akan menekan permintaan. 

Dalam pengajuan sekuritas pada Rabu, Qualcomm menyatakan ketidakpastian mengenai dampak tarif dan "tindakan terkait" lainnya terhadap bisnisnya.

Analis Summit Insights Group, Kinngai Chan, berpendapat bahwa "ketidakpastian tarif pasti akan berdampak pada prospek pendapatan Qualcomm karena perusahaan ini terpapar pada pasar akhir ponsel pintar, IoT konsumen, dan otomotif."

Untuk kuartal fiskal saat ini, perusahaan yang berbasis di San Diego, California ini memperkirakan kisaran penjualan dengan titik tengah $10,3 miliar, di bawah perkiraan rata-rata analis sebesar $10,35 miliar, menurut data yang dikumpulkan oleh LSEG.

Qualcomm (QCOM.O), merupakan pemasok chip modem terbesar di dunia yang menghubungkan ponsel pintar ke jaringan data nirkabel.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Editor : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper