Bisnis.com, JAKARTA — Dengan jumlah pengguna internet yang mencapai 150 juta pada 2018, nilai ekonomi digital Indonesia adalah yang terbesar dan tumbuh tercepat se-Asia Tenggara, yaitu mencapai US$27 miliar. Google dan Temasek memprediksikan, nilai tersebut tumbuh menjadi US$100 miliar pada 2025.
Nyatanya, di balik gembar-gembor keberhasilan Indonesia dalam melahirkan 4 dari 7 unicorn di Asia Tenggara, faktor ketersediaan dan kapasitas sumber daya manusia (SDM) atau talenta digital masih menjadi tantangan.
Data Bank Dunia menyebut, kebutuhan talenta digital Indonesia mencapai 9 juta orang selama periode 2015 hingga 2030, atau sekitar 600.000 orang per tahun.
Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara menyatakan, dalam pengembangan ekonomi digital di Tanah Air, kementeriannya bertugas menyiapkan infrastruktur telekomunikasi yang andal, di antaranya lewat pembangunan proyek Palapa Ring Barat, Tengah, dan Timur, hingga penyediaan satelit.
Sementara itu, dalam dunia perusahaan rintisan (startup), pihaknya tak hanya berperan sebagai regulator, tetapi juga fasilitator dan akselerator. Hal tersebut diwujudkan melalui program seperti 1000 Startup Indonesia, dan Next Indonesia Unicorn yang menghubungkan investor dengan perusahaan rintisan yang dianggap potensial.
“Dari situ baru kita penuhi pentingnya kebutuhan SDM ini karena kalau hanya infrastruktur tanpa SDM akan keteteran. Akhirnya, dari situ mulai disiapkan bagaimana melahirkan talenta digital oleh Kemkominfo,” ujarnya, akhir pekan lalu.
Dia menjabarkan, dalam 2 tahun terakhir, Kemkominfo telah menyelenggarakan Digital Talent Scholarship untuk memberi pelatihan dalam bidang kecerdasan buatan, analisis mahadata, komputasi awan, internet of things (IoT), dan bidang teknologi lainnya bagi masyarakat. Melalui program tersebut, pemerintah menggandeng sejumlah raksasa teknologi seperti Google, Cicso, IBM, Micosoft, dan AWS untuk menyediakan kurikulum pelatihan.
Pada tahun ini, Kemenkominfo mengalokasikan anggaran senilai Rp140 miliar untuk melanjutkan program tersebut, dengan target 20.000 talenta digital yang tersertifikasi. Jumlah tersebut meningkat 20 kali lipat dibandingkan dengan penyelenggaraan tahun lalu.
“Kita juga ubah kebijakan S2 yang selama ini ke luar negeri untuk MBA [Magister Business Administration], mulai tahun ini kita prioritaskan untuk teknologi. Tahun ini memang pengembangan SDM menjadi fokus pemerintah untuk tiap-tiap kementerian,” ujarnya.
CEO Binar Academy Alamanda Shantika menyatakan, saat ini pihaknya membantu menciptakan talenta digital melalui Binar Academy yang berada di Jakarta, Yogyakarta, dan Tangerang dan telah menghasilkan ribuan talenta digital.
Selain itu, pihaknya juga membantu berbagai perusahaan untuk melakukan transformasi digital dalam operasionalnya sehari-hari.
“Kami sering membantu korporasi untuk transformasi digital, lagi-lagi kuncinya adalah people,” ujarnya.
Dia menilai, untuk menyuplai kebutuhan talenta digital di Tanah Air, diperlukan sebuah ekosistem dan sinergi antarberbagai pihak terkait, mulai dari pemerintah, korporasi swasta, pelaku usaha rintisan, dan lainnya. Selain itu, dia menilai perlu adanya revolusi kurikulum yang menyesuaikan dengan perkembangan teknologi.
Alamanda menambahkan, sebenarnya banyak peluang pekerjaan yang bisa dieksplorasi dalam bidang teknologi, tak hanya sebatas menjadi programmer.
Menurutnya, yang diperlukan adalah cara pandang yang terbuka terhadap perubahan dan disrupsi teknologi, serta kemampuan dalam membaca dan mengolah data.
Project Leader Digital Hub Sinar Mas Land Irawan Harahap menyatakan, pihaknya mendukung upaya transformasi digital dengan menjadikan kawasan Bumi Serpong Damai (BSD) yang berada di Tangerang Selatan sebagai pusat talenta digital Indonesia.
Dia menyebut, saat ini terdapat sejumlah sekolah yang melahirkan talenta digital di kawasan tersebut, di antaranya Binar Academy, Apple Developer Academy, Purwadhika IT School, Geeksfarm, Techpolitan dan Universitas Prasetiya Mulya dan Atmajaya.
“Kami terbiasa membangun kota karena itu kami dirikan ekosistem pendukungnya, pasar tenaga kerja dengan kehadiran kantor multinasional di sini, dan beberapa startup juga berlokasi di sini,” ujarnya.
Saat ini, sejumlah perusahaan rintisan yang berkantor di kawasan tersebut antara lain platform dagang-el Salestock, Orami, Qlue, dan platform properti 99.co. Keberadaan perusahaan rintisan tersebut diharapkan dapat menyerap talenta digital yang dihasilkan.
Dengan jumlah populasi saat ini mencapai 500.000 orang, kawasan tersebut diyakini akan terus berkembang dan menghasilkan talenta digital dengan daya saing yang tinggi. Ambisinya, BSD dapat menjadi hub teknologi dunia selanjutnya setelah Bay Area yang menjadi lokasi Sillicon Valley, Beijing, dan Bengalore di India.