Schneider Electric Mendorong Semakin Banyak Bangunan Pintar di Indonesia

Andhika Anggoro Wening
Kamis, 14 Maret 2019 | 01:04 WIB
Ilustrasi/Bisnis-Andhika
Ilustrasi/Bisnis-Andhika
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Semakin meningkatnya jumlah bangunan berteknologi canggih di suatu kota, secara tidak langsung akan membawa dampak yang positif. Ke depannya, kota pintar akan diisi bangunan yang memiliki sistem manajemen gedung dan keamanan elektronik dengan teknologi otomasi.

Schneider Electric, pemimpin dalam transformasi digital di pengelolaan energi dan otomasi bersama dengan Green Building Council Indonesia berkomitmen untuk merancang bangunan seefisien mungkin untuk meningkatkan praktik bisnis yang  hemat energi. Tujuannya dari ini adalah agar  kota-kota di seluruh Indonesia bertransisi dari bangunan pintar dan hijau ke kota pintar berkelanjutan.

Xavier Denoly, Country President Schneider Electric Indonesia mengatakan, “Tanpa bangunan pintar, kota tidak bisa menjadi pintar. Dampak dari banyak program kota pintar di seluruh dunia terhenti karena mengabaikan peran bangunan sebagai pendorong kota pintar berkelanjutan. Tidak mungkin, misalnya, bagi kota untuk menggunakan energi secara lebih efisien jika bangunan belum ditata ulang untuk mendukung tujuan tersebut."

"Untuk menata ulang infrastruktur bangunan menjadi bangunan pintar perlu untuk memperhatikan berbagai aspek yang mencakup infrastruktur jaringan komunikasi dalam gedung, sistem pengawasan distribusi jaringan listrik, dan sistem tata udara yang terpasang. Hal ini penting mengingat bahwa setiap bangunan pintar perlu memiliki sebuah platform yang dapat mengintegrasikan sistem dan fasilitas gedung yang berbeda jenis dan fungsi.”

Sektor bangunan diperkirakan menyumbang 40 persen konsumsi energi dunia. Dan diprediksi, pada tahun 2040 mendatang, total konsumsi energi dunia untuk bangunan akan meningkat sebesar 80 persen.

Pemerintah Indonesia sendiri melalui Direktorat Konservasi Energi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral telah menetapkan target efisiensi energi di sektor bangunan yang tertuang dalam draf Rencana Induk Konservasi Energi Nasional (RlKEN) yaitu sebesar 10-30 persen untuk bangunan komersil dan 15-30 persen untuk bangunan residensial pada tahun 2025. Untuk menjawab tantangan tersebut, konsep bangunan pintar dan hijau terus diusung dan digiatkan oleh para pelaku industri bangunan dan properti.

Bangunan merupakan bagian yang terintegrasi dengan ekosistem kota, bahkan sebuah gedung sekarang ini menjadi entitas yang kompleks dengan beberapa sistem yang saling terhubung seperti penerangan, utilitas dan keamanan.

Ukuran dan bangunan yang kompleks ternyata rentan terhadap gangguan sehingga bisa menimbulkan kerugian besar pada keselamatan jiwa dan aset. Tapi, bangunan pintar berpotensi mengurangi efek ini dan juga memungkinkan mengambil tindakan proaktif dan preventif.

Iwan Prijanto, Chairperson Green Building Council Indonesia (GBC Indonesia) mengatakan “GBC Indonesia berkepentingan untuk mendorong tumbuhnya bangunan pintar di Indonesia. Bagi GBC Indonesia bangunan pintar adalah ketika teknologi sistem bangunan dapat mengotomasi dan meningkatkan kinerja bangunan dan kawasan yang menerapkan metodologi bangunan hijau (Green Building) dalam melakukan efisiensi sumber daya, konservasi sumber daya dan memungkinkan upaya berbagi sumber daya," di Jakarta, Rabu (13/3/2019).

"Semua upaya berkelanjutan ini dapat dilakukan tanpa menurunkan kenyamanan dan produktivitas pengguna bangunan dan kawasan, bahkan dapat meningkatkan nilai bangunan dan kawasan secara umum."

Bangunan pintar menggunakan sistem operasional otomatis, yaitu Internet of Things untuk mengontrol prosesnya.

Penggunaan IoT ini berdampak pada desain dan konstruksi, penggunaan energi serta bagaimana karyawan berinteraksi dengan ruang. Sistem diintegrasikan lalu data dikumpulkan dan dianalisa untuk mengurangi pemborosan energi dan biaya operasional, efeknya meningkatkan kualitas hidup manusia dan kinerja bisnis.

Guna mendukung terwujudnya ini, kekuatan teknologi baru seperti perangkat mobile, sistem berbasis komputasi awan, kecerdasan buatan (AI), self-monitoring dan platform kolaboratif harus dimanfaatkan untuk meningkatkan  kinerja dasar bangunan.

Teknologi digital juga mengubah bagaimana bangunan yang sedang dibangun atau diperbarui dirancang dan dikembangkan. Pertengahan tahun 2018 lalu, Schneider Electric telah memperkenalkan EcoStruxure Building Advisor yang merupakan portofolio layanan komprehensif yang dirancang untuk meningkatkan kenyamanan penghuni dan nilai aset dan secara bersamaan mengurangi biaya pengoperasian.

Sebagai bagian dari EcoStruxure Building, EcoStruxure Building Advisor memungkinkan para ahli kelistrikan dan otomasi untuk mengolah data secara jarak jauh menjadi wawasan yang dapat diprediksi dan lebih akurat untuk pengambilan keputusan dan tindakan yang lebih cepat dan tepat, mendorong 33% lebih sedikit pengaduan/komplain dari penghuni, penurunan 29% dalam biaya pemeliharaan yang tidak terjadwal dan pengurangan biaya energi rata-rata 20%.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper