Bisnis.com, JAKARTA — Strategi online-to-offline (O2O) diprediksi akan menjadi tren bagi pelaku industri usaha rinsitan (startup), utamanya yang bergerak di sektor dagang-el (e-commerce).
Ketua Umum Asosiasi E-commerce Indonesia (idEA) Ignatius Untung mengatakan bahwa tren ke depan bagi pelaku industri saat ini bukan lagi hanya mengandalkan saran luring atau daring saja tetapi mengintegrasikan berbagai sarana ke dalam satu sistem terpadu.
Hal tersebut, diyakini akan menggaet lebih banyak konsumen dengan menyediakan akses layanan yang lebih mudah dari hulu ke hilir.
“Kalau saya melihatnya, ke depan bukan lagi sekadar online atau offline tapi ya itu tadi harus O2O atau omnichannel,” katanya di Jakarta, Selasa (26/2).
Menurutnya, agresivitas pelaku dagang-el dalam menggandeng dan berekspansi ke sektor luring merupakan hal yang seharusnya terjadi. Pasalnya, masyarakat Indonesia masih sangat mengandalkan transaksi secara luring dan tradisional.
Namun demikian, lanjut Untung, interaksi dan transaksi secara luring di Indonesia akan selalu lebih besar dari yang terjadi secara luring.
Baca Juga Telkomsel Inbreng TCASH ke LinkAja |
---|
CEO & Founder Bhinneka Hendrik Tio mengungkapkan bahwa transaksi yang dilakukan masyrakat Indonesia secara daring masih sangat kecil, kurang dari 5%.
Oleh sebab itu, para pemain dari sektor dagang-el mulai beramai-ramai menggarap potensi pasar yang masih besar. Selain itu, lanjutnya, belum banyak pemain yang benar-benar bisa secara optimal memaksimalkan potensi pasar tersebut.
“Market-nya sangat besar tapi tantangannya juga besar. Tidak mudah untuk mengubah kebiasaan orang yang udah dari dulu transaksi secara offline,” ujarnya.