Masih di Level Bawah, Indonesia Harus Fokus Bangun Infrastruktur TIK

Duwi Setiya Ariyanti
Kamis, 20 Desember 2018 | 08:32 WIB
Berbagai produk dipamerkan dalam NXT Indonesia 2018, Communic Indonesia, dan Broadcast Indonesia, di Jakarta, Rabu (24/10/2018). Pameran teknologi informasi dan komunikasi ini menghadirkan lebih dari 100 peserta dari 18 negara./JIBI-Dwi Prasetya
Berbagai produk dipamerkan dalam NXT Indonesia 2018, Communic Indonesia, dan Broadcast Indonesia, di Jakarta, Rabu (24/10/2018). Pameran teknologi informasi dan komunikasi ini menghadirkan lebih dari 100 peserta dari 18 negara./JIBI-Dwi Prasetya
Bagikan

Bisnis.com, GIANYAR -- Indonesia masih harus fokus membangun infrastruktur Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) karena masih berada di level bawah dalam hasil pengukuran Global Connectivity Index Huawei 2018. 
 
Senior Expert ICT Strategy & Business Huawei Indonesia Mohamad Rosidi mengatakan setidaknya terdapat tiga level dalam laporan tersebut. Pertama, tahap awal untuk investasi bidang teknologi yakni starters dengan skor mulai dari 20 hingga 35. 
 
Di rentang skor ini, Produk Domestik Bruto (PDB) negara rata-rata sebesar US$3.700. Fokus negara-negara ini bagaimana meningkatkan kapasitas infrastruktur TIK agar akses terhadap ekonomi digital terus menyebar. 
 
Adapun Indonesia berada posisi 64 dari 79 negara yang diukur. Indonesia memiliki skor 33 sejajar dengan India, Venezuela, dan Maroko. Di atasnya, terdapat Yordania, Mesir, dan Libanon dengan skor masing-masing 34. 
 
Menurutnya, di tahap ini, sulit bila ingin melangkah ke teknologi seperti Internet of Things (IoT) karena teknologi ini biasanya hadir setelah masalah infrastruktur selesai. Bila IoT ingin diakselerasi dengan kondisi infrastruktur seperti ini, perlu investasi yang seimbang agar pengalaman konsumen tak dikorbankan. 
 
"IoT membutuhkan connectivity. Kalau kapasitasnya terbatas, harganya menjadi lebih tinggi. Makanya harus investasi untuk kemudian penetrasi dan pendekatan servis baru," ujar Rosidi dalam jumpa pers di Ubud, Bali, Rabu (19/12/2018). 
 
Dia melanjutkan di tahap awal, negara-negara di kategori ini memiliki komposisi investasi teknologi sebesar 35% untuk infrastruktur. Sisanya, 25% di pusat data, 15% untuk komputasi awan, 20% big data, dan sekitar 5% untuk IoT. 
 
Hal itu sangat kontras dengan negara-negara yang lebih matang dalam hal teknologi. Setingkat di atas starters, terdapat level menengah yakni adopters
 
Negara-negara di level ini rata rata memiliki PDB US$16.300 dengan skor 35-55. Di tahap ini, negara mencicipi pertumbuhan PDB terbesar dari infrastruktur TIK. Saat ini, negara-negara tersebut fokus meningkatkan permintaan dari industri untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. 
 
Beberapa negara di kategori ini di antaranya Spanyol dengan skor 55, Estonia 54, Uni Emirat Arab (UEA) 53, dan Lithuania serta Portugal masing-masing 52. Pada tahap ini, investasi di bidang TIK bergeser dengan porsi investasi komputasi awan dan big data masing-masing sebesar 20%. 
 
Terakhir, tahap tertinggi yakni frontrunners yang ditempati negara-negara maju. Negara ini mendapat skor 56-85 dan memiliki PDB sebesar US$54.100. Negara-negara di tahap ini tengah fokus meningkatkan pengalaman pengguna dari sisi big data dan IoT. 
 
Beberapa negara di posisi teratas yakni AS dengan skor 78, Singapura 75, Swedia 73, Swiss 71, dan Inggris 70. Di tahap ini, investasi di bidang infrastruktur dan pusat data turun ke level 20% dan menitikberatkan investasi kepada big data.
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper