Dicekal Berbagai Negara, Huawei akan Kucurkan US$2 Miliar untuk Keamanan Cyber

Aziz Rahardyan
Rabu, 19 Desember 2018 | 14:38 WIB
Rotating Chairman Huawei Eric Xu memberikan paparan dalam Huawei Global Analyst Summit (HAS) 2018 dengan tema Envision a Fully Connected, Intelligent World di Shenzhen, China/Herdiyan
Rotating Chairman Huawei Eric Xu memberikan paparan dalam Huawei Global Analyst Summit (HAS) 2018 dengan tema Envision a Fully Connected, Intelligent World di Shenzhen, China/Herdiyan
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA — Huawei Technologies [HWT.UL], Selasa (18/12/2018) menyatakan akan menghabiskan USD2 Miliar selama 5 tahun ke depan untuk fokus pada keamanan cyber dengan menambahkan lebih banyak karyawan dan meningkatkan fasilitas laboratoriumnya.

Hal ini dijalankan demi menghadapi kekhawatiran global tentang risiko terkait dengan perlengkapan jaringannya yang dinilai mengancam kemanan negara lain. Seperti diketahui isu ini telah membuat Huawei dicekal oleh AS, Jepang, Australia, dan Selandia Baru.

Raksasa teknologi China ini memberikan komentarnya di salah satu konferensi pers termegahnya di kantor kawasan Shenzen, Dongguan, dihadiri sekitar dua lusin jurnalis internasional yang disambut masuk ke kampus baru Huawei di selatan China.

Seperti diketahui, Huawei telah menjadi pembicaraan beberapa minggu terakhir terkait penangkapan kepala keuangannya Meng Wanzhou yang sekaligus putri miliarder pendiri Huawei Ren Zhengfei, di Kanada atas permintaan AS.

Ini dianggap memperparah kesengsaraan perusahaan asal China ini, yang juga dicegah membangun inovasi jaringan 5G buatan mereka sebab membawa kekhawatiran bahwa peralatan Huawei dapat memfasilitasi aktivitas intelijen atau mata-mata China.

"Menendang pesaing dari lapangan bermain tidak akan membuat diri Anda lebih baik. Kami pikir setiap kekhawatiran atau dugaan keamanan di Huawei harus didasarkan pada bukti nyata," ungkap Ken Hu, Rotating Chairman Huawei.

"Tanpa bukti faktual kami tidak terima dan kami menentang tuduhan itu," tambahnya.

Huawei telah berkomunikasi dengan pemerintah di seluruh dunia mengenai kemerdekaan operasinya. Dia menambahkan sebenarnya Jepang dan Perancis tidak secara resmi melarang peralatan telekomunikasi Huawei, hanya saja menurutnya laporan media beberapa waktu ini hanya mengindikasikan langkah-langkah pencegahan oleh pemerintah-pemerintah ini untuk menghindari peralatan buatan Huawei.

Di sisi lain, sumber yang tidak ingin disebutkan identitasnya menyatakan kepada Reuters bahwa Jepang berencana mencekal Huawei untuk pembelian peralatan pemerintah.

Media lain melaporkan bahwa tiga operator besar negara itu berencana tidak menggunakan peralatan dan perlengkapan 5G yang akan dibangun Huawei.

Sedangkan Prancis sedang mempertimbangkan untuk menambahkan status item daftar "waspada tinggi" yang secara diam-diam menargetkan Huawei.

Menanggapi hal tersebut, Huawei telah berulang kali mengatakan Beijing atau pemerinfah China tidak memiliki pengaruh terhadap perusahaannya.

Dalam tur markas besar Huawei di Shenzhen tersebut, para wartawan melihat sekilas betapa canggihnya laboratorium Research and Development (R&D) Huawei yang bertempat di sebuah gedung tiga lantai dengan fasad putih dan empat kolom, yang sering disebut sebagai "Gedung Putih".

Wu mengatakan Huawei telah mendapatkan lebih dari 25 kontrak komersial untuk inovasi 5G buatannya. Ini sedikit di atas rata-rata 22 raksasa teknologi China lainnya pada laporan bulan November.

Huawei mengklaim telah mengirimkan lebih dari 10.000 Base Transceiver Station (BTS) untuk insfrastruktur komunikasi 5G dan mengharapkan pendapatan melampaui USD100 Miliar tahun ini atau naik 8,7% dari tahun lalu.

Huawei merupakan pemasok peralatan jaringan telekomunikasi terbesar sekaligus produsen smartphone terbesar kedua di dunia. Tidak seperti perusahaan teknologi asal China lainnya, Huawei justru memperoleh setengah pendapatannya dari penjualan produk di luar negeri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Aziz Rahardyan
Editor : Rustam Agus
Sumber : Reuters
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper