AS dan Inggris Wanti-wanti Kerja Sama dengan ZTE

Annisa Margrit
Senin, 16 April 2018 | 22:34 WIB
Nama perusahaan ZTE terlihat di bagian luar gedung riset dan pengembangan ZTE di Shenzhen, China/Reuters-Bobby Yip
Nama perusahaan ZTE terlihat di bagian luar gedung riset dan pengembangan ZTE di Shenzhen, China/Reuters-Bobby Yip
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA -- AS dan Inggris mewanti-wanti perusahaan teknologi di negara masing-masing untuk tidak bekerja sama dengan ZTE Corp, produsen komponen telekomunikasi asal China.

Departemen Perdagangan AS telah melarang perusahaan AS untuk menjual komponen ke ZTE selama tujuh tahun. Reuters melansir Senin (16/4/2018), pelarangan tersebut dijatuhkan karena ZTE telah melanggar persyaratan terkait sanksi pelanggaran hukum.

Tahun lalu, perusahaan itu mengaku bersalah melakukan konspirasi untuk melanggar sanksi AS dengan melakukan pengiriman ilegal atas barang-barang dan teknologi AS ke Iran. ZTE berkonspirasi untuk menghindari embargo AS dengan membeli komponen-komponen buatan AS, merakitnya ke dalam perangkat ZTE, dan mengapalkannya secara ilegal ke negara Timur Tengah itu.

ZTE membayar denda dan penalti senilai US$890 juta, sekitar Rp12,2 triliun, dan tambahan penalti sebesar US$300 juta, sekitar Rp4,1 triliun, yang dapat diberikan dalam keadaan tertentu.

Sebagai bagian dari kesepakatan, ZTE berjanji untuk memberhentikan 4 pejabat senior dan memberikan sanksi kedisplinan kepada 35 stafnya. Namun, pada Maret 2018, perusahaan yang berbasis di Shenzen itu mengaku belum menjatuhkan sanksi kedisiplinan kepada 35 staf tersebut.

Terkait hal ini, ZTE belum memberikan pernyataan resmi.

ZTE telah menjual perangkatnya kepada sejumlah operator telekomunikasi di Negeri Paman Sam, seperti AT&T Inc, T-Mobile US Inc, dan Sprint Corp. Perusahaan ini juga bergantung pada beberapa perusahaan AS untuk mendapatkan komponen yang dibutuhkan, termasuk Qualcomm Inc, Microsoft Corp, dan Intel Corp.

Porsi komponen dari produsen AS yang digunakan ZTE mencapai 25%-30% dan mencakup perangkat jaringan serta smartphone.

Sementara itu, badan keamanan siber Inggris mengungkapkan telah mengirim surat ke para pelaku usaha telekomunikasi negara tersebut. Isinya, memperingatkan industri mengenai penggunaan layanan ataupun perangkat yang dibuat ZTE.

"Kajian National Cyber Security Center (NCSC) menunjukkan bahwa peningkatan risiko terhadap keamanan nasional dari penggunaan perangkat ataupun layanan ZTE terhadap infrastruktur telekomunikasi Inggris tidak dapat dimitigasi," ungkap Direktur Teknis NSCS Ian Levy.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Annisa Margrit
Editor : Annisa Margrit
Sumber : Reuters
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper