Bisnis.com, JAKARTA — GoPro Inc. membantah kabar rencana penjualan, namun menyatakan membuka diri untuk membentuk kemitraan dengan perusahaan yang lebih besar.
Pernyataan GoPro adalah respons dari berita di Reuters yang menyatakan JP Morgan terlibat dalam proses penjualan GoPro.
"Jika ada peluang bagi kita untuk bersatu dengan perusahaan induk yang lebih besar untuk meningkatkan GoPro lebih besar lagi, itu adalah sesuatu yang akan kita pertimbangkan," kata CEO GoPro Nick Woodman seperti yang dilansir oleh Reuters, pada Senin (8/1).
Perusahaan yang pernah menjadi favorit para pedagang saham di Wall Street tersebut mengalami penurunan permintaan atas kamera aksi dan drone Karma dalam beberapa kuartal terakhir. GoPro juga dikabarkan berencana mengurangi sekitar 250 pegawai dalam proses restrukturisasi.
GoPro sebelumnya mengumumkan rencana keluar dari industri drone setelah stok Karma habis terjual. Selain bisnis yang lesu, faktor regulasi juga menjadi rintangan yang ketat di negara-negara di Eropa dan Amerika Serikat.
GoPro, yang kamera dan drone-nya banyak digunakan oleh pecandu olahraga dan penggemar perjalanan memangkas harga kamera Hero 6 terbaru menjadi US$399 dari US$$499. Diskon tersebut diproyeksikan menekan pendapatan GoPro sekitar US$80 juta pada kuartal IV/2017.
Woodman mengatakan pihaknya merasakan penurunan permintaan atas model komera yang tersedia di pasar.
"Meskipun mendapat dukungan pemasaran yang signifikan, kami menemukan konsumen enggan membeli HERO 5 Black dengan harga yang sama dengan yang diluncurkan pada satu tahun sebelumnya," katanya.