Bisnis.com, JAKARTA—Salah satu perusahaan tranformator atau trafo terbesar di dunia, PT ABB Sakti Industri memprediksi penjualan industri penunjang kelistrikan akan tumbuh 20% di setiap tahunnya, karena pemerintah dan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) terus menggenjot infrastruktur listrik di tanah air.
ABB merupakan perusahaan produsen transformator atau trafo terbesar di dunia dengan memproduksi 4,5 juta unit trafo per tahun. Perusahaan yang bermarkas di Swiss itu telah menyasar Indonesia sejak 30 tahun yang lalu dan bekerjasama dengan PLN.
Head of Front End Sales ABB mengungkapkan, selama tahun ini saja, ABB telah menandatangani kontrak dengan PLN lebih dari US$100 juta. Dia enggan menyebutkan tentang target penjualan. Namun, menurutnya, penjualan traf dan komponen lain akan terus berkembang hingga 20 tahun mendatang.
“Setiap tahunnya, penjualan trafo dan industri komponen lain meningkat 20%. Industri penunjang kelistrikan akan terus berkembang seiring meningkatnya pembangunan infrastruktur kelistrikan,” katanya kepada bisnis, Rabu (6/9).
Dari data PLN, Dalam lima tahun terakhir, pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan tercatat meningkat. PLN Mencatat total penambahan pembangkit listrik mencapai 3.714 MW pada tahun lalu. Penambahan transmisi mencapai 2.859 kms di periode yang sama dan penambahan kapasitas gardu induk mencapai 14.123 mega volt ampere.
Dia mengatakan, selain program pemerintah, program perusahaan swasta seperti Freeport dan Amman mineral yang akan membangun fasilitas pemurnian atau smelter ataupun perkembangan kawasan industri juga membutuhkan pembangkit listrik. “Kita akan menyasar ini juga.”
ABB kini berfokus memasarkan ABB Ability, sebuah teknologi digital yang ramah lingkungan dengan konsep teknologi terbarukan. Teknologi ini juga mencakup microgrid yag diklaim lebih terjangkau dan berkualitas. Selain microgrid, ABB juga menghadirkan kabel HVDC Light untuk arus searah tegangan tinggi yang membantu mengintegrasikan sumber energi tegagan tinggi ke tegangan rendah.
Sementara itu, Masyarakat Ketenagalistrikan Indonesia (MKI), melalui Sekretaris Executive MKI Bambang Hermawanto, mengatakan peran swasta sangat ditunggu dalam pengembangan energi baru terbarukan dan mendukung proram 35.000 MW.
“Jika kita posisikan, MKI ini adanya di tengah antara players, operator dan regulator. Jika kita mau push tentunya disesuaikan dengan program pemerintah yaitu harga listrik yang terjangkau,” tuturnya.
MKI mendorong pemanfaatan EBT, tetapi juga berharap pemerintah dapat memberikan pembinaan dan dukungan bagi para investor. Misalnya para investor yang berinvestasi kemudian mendapatkan pengembalian yang memadai.
"Di samping pemerintah menyediakan harga listrik yang terjangkau ke konsumen, saya melihatnya ini dua hal yang berbeda. Kompetitif tapi investasinya tidak bisa memenuhi dari sisi konsumen,” katanya.