Bisnis.com, JAKARTA – Mark Zuckerberg berambisi mengakhiri dominasi smartphone lewat augmented reality sebagai misi jangka panjang Facebook.
CEO Facebook Mark Zuckerberg kemarin (19/4/2017) mengumumkan rencana 10 tahun Facebook di acara konferensi pengembang Facebook yang diberi nama Facebook F8.
Sasaran utama miliarder muda tersebut adalah augmented reality (AR). “Mencampurkan dunia fisik dan digital dengan cara-cara baru.”
Dalam peta jalan yang tahun lalu diumumkan Zuckerberg, Facebook menjadikan AR sebagai satu dari tiga sasaran teknologi utama. Dua teknologi yang lain adalah konektivitas dan kecerdasan buatan (artificial intelligence).
Facebook, jelas Zuckerberg, akan memberikan pengembang kemampuan untuk membangun fitur AR menggunakan aplikasi Facebook. Perangkat yang diberikan cuma-cuma oleh Facebook diberinama platform Camera Effect.
Langkah ini sepertinya adalah cara Facebook bersaing dengan Snapchat yang kian populer berkat fitur filter. Snapchat kemarin juga mengumumkan fitur baru yang memberikan pengguna kemampuan untuk memanipulasi seluruh aspek gambar, tidak lagi sebatas bermain pada wajah.
“Meskipun kami agak lelet menambahkan kamera di aplikasi kami, saya percaya Facebook akan menjadi pendorong utama platform AR,” ujar Zuckerberg.
AR vs VR
Pernyataan Zuckerberg menunjukkan posisinya dalam perdebatan soal masa depan teknologi, augmented reality atau virtual reality. Facebook menghabiskan US$3 miliar untuk mengakuisisi. Teknologi VR yang dipelopori Oculus memang masih berada dalam tahap perkembangan. Sampai saat ini, VR berkembang pesat sebagai perangkat video game. Penerapan VR ke dalam keseharian agak rumit karena bentuk dan ukurannya. Adopsi VR juga berlawanan dengan perkembangan pola konsumsi milenial, yang terbiasa multi-tasking dan mudah bosan. VR memaksa penggunanya untuk fokus dan larut dalam lingkungan virtual.
AR berbeda. Teknologi ini mengizinkan pengguna memperkaya realitas, bukan memberikan realitas baru. Bukan memaksa pengguna fokus, AR justru membantu pengguna ber-multi-tasking.
Teknologi AR yang tersedia buat developer bisa dibilang membuka peluang bagi Facebook menjadi inti tren baru yang sudah dimulaidari fenomena ‘Pokemen Go’ sepanjang beberapa pekan pada tahun lalu. Ini sekaligus mencerminkan sikap Zuckerberg yang antipati terhadap dominasi Apps Store milik Apple dan Playstore milik Google. Bukan rahasia, kegagalan Facebook membangun sistem operasi pesaing iOS dan Android adalah salah satu sumber kegelisahan Zuckerberg.
Lewat AR, Zuckerberg sepertinya punya mimpi membuat layar (screen) jadi absolut. Dia memberi contoh aplikasi Camera Effect pada kaca mata. “Jika Anda ingin televisi, Anda cukup membeli aplikasi ‘TV’ lalu gunakan dinding di rumah Anda sebagai layar. Artinya bukan hanya smartphone yang bakal menemui ajal. Perangkat lain yang menggunakan screen seperti smartwatch, komputer, hingga tablet tidak relevan. Teknologi AR membuat Anda bisa menciptakan screen di mana saja Anda mau, bahkan dalam bentuk yang lebih sempurna yaitu 3D.
Strategi ini membuat Facebook berhadapan langsung tidak hanya dengan Snapchat, tetapi dengan seluruh produsen elektronik dan perusahaan teknologi di seluruh dunia. Pantas disimak, mampukah Zuckerberg?