Studi VMWare: Penggunaan Perangkat Pribadi, Perusahaan Berisiko Diserang Hacker

Agne Yasa
Kamis, 13 April 2017 | 02:27 WIB
Pemaparan VMware Digital Workspace Study di Jakarta pada Rabu (12/4/2017)/Bisnis/Agne
Pemaparan VMware Digital Workspace Study di Jakarta pada Rabu (12/4/2017)/Bisnis/Agne
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - VMware. Inc. (NYSE: VMW), perusahaan global dalam bidang infrastruktur cloud dan business mobility, merilis temuan-temuan menarik yang dihasilkan dari VMware Digital Workspace Study di Jakarta pada Rabu (12/4/2017).

Salah satu temuan menarik yang patut mendapatkan perhatian serius adalah adanya risiko besar yang kini berpotensi mengancam sistem keamanan perusahaan-perusahaan di Indonesia.

VMware Digital Workspace Study mengungkapkan 1 di antara 3 pekerja di Indonesia yaitu 34% ternyata menggunakan perangkat pribadi mereka untuk bekerja tanpa sepengetahuan dan tanpa mendapatkan persetujuan dari tim TI perusahaan terlebih dahulu.

Sebanyak 38% responden bahkan mengatakan bahwa mereka sama sekali tidak mengetahui dan tidak mematuhi standar kelaikan TI yang telah ditetapkan perusahaan terkait penggunaan perangkat pribadi untuk bekerja.

Kondisi ini dapat berpotensi membukakan pintu lebar terhadap masuknya upaya-upaya serangan dan peretasan data, sekaligus meningkatkan risiko terhadap bisnis perusahaan.

Di dalam VMware Digital Workspace Study dikemukakan bahwa dibandingkan negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara dan Korea, Indonesia berada di peringkat teratas untuk kategori jumlah perusahaan yang mengizinkan karyawannya membawa dan menggunakan perangkat pribadinya untuk bekerja.

Empat dari 10 (41 persen) pekerja Indonesia meyakini bahwa departemen TI mereka mendorong digunakannya perangkat pribadi untuk alasan peningkatan produktivitas. Konsekuensinya, 68 persen pekerja lndonesia memanfaatkan perangkat bergerak miliknya untuk mengecek email-email kantor.

Signifikansi jumlah pekerja Indonesia yang menggunakan perangkat pribadi untuk bekerja tanpa persetujuan perusahaan ini dapat pula meningkatkan kerentanan terhadap upaya-upaya peretasan maupun berbagai serangan siber lainnya.

Senior Director of Technical Services Southeast Asia dan Korea VMware Santoso Suwignyo mengatakan Departemen TI perlu memahami implikasi atau makna keamanan dari penerapan program bring your own device (BYOD) secara serampangan tanpa terlebih dulu mengadopsi kerangka kerja yang komprehensif dan aman.

"Temuan-temuan dari survei ini menegaskan fakta bahwa organisasi atau perusahaan yang tidak memiliki digital workspace yang aman membuat mereka kian rentan terekspos ke pelbagai celah yang menjadi titik masuk ke jaringan, terlebih apabila pengguna abai akan persyaratan dan kebijakan-kebijakan keamanan TI perusahaan dan berkelit tatkala mereka beranggapan bahwa perusahaan dianggap tidak mampu memenuhi kebutuhan mereka akan tersedianya layanan-layanan TI seperti dambaan mereka,” ujar Santoso Suwignyo.

Tantangan yang muncul dari penerapan BYOD tidak sekadar pada persoalan keamanan. Sebanyak 70% responden Indonesia mengatakan bahwa mereka menghadapi masalah ketika hendak mengakses aplikasi-aplikasi pendukung kerja.

Problem teratas antara lain adalah terlalu banyak password yang harus diingat yaitu 32% dan aplikasi tidak dapat diakses sempurna di perangkat yang berlainan 28%. Untuk mengatasi problem tersebut, karyawan cenderung menggunakan password yang sama untuk seluruh perangkat dan aplikasi sebanyak 35% yang mereka gunakan atau menuliskannya dalam catatan dan menyimpannya di perangkat bergerak mereka sebanyak 32%.

Penggunaan password yang sama untuk pengaksesan semua aplikasi kerja dan perangkat yang digunakan untuk mendukung produktivitas pekerjaan sesungguhnya membawa risiko keamanan bagi perusahaan. Risiko kian bertambah ketika makin banyak karyawan yang membuat password sederhana yang dengan mudah dapat dibajak hanya dengan coba-coba memasukkan password berulang-kali atau trial and error.

"Sekali password dapat terbaca pihak yang tidak memiliki kewenangan, maka seluruh data -baik data pekerjaan/kantor maupun data pribadi dapat diakses oleh orang tak bertanggung jawab. termasuk juga informasi-informasi bisnis penting lainnya yang berada di dalam jaringan," kata Santoso Suwignyo.

Untuk memanah tantangan keamanan siber yang dihadapi oleh departemen TI, serta kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh karyawan tatkala mengakses informasi bisnis penting dan melakukan pekerjaan di atas aplikasi aplikasi kerja.

VMware telah memperkenalkan manajemen akses dan kemampuan keamanan melalui salah satu solusi terbarunya VMware Workspace ONETM. Dibangun di atas inovasi-inovasi Workspace ONE sebelumnya, VMware akan memudahkan tim Tl dalam menghadirkan akses terintegrasi dan sebuah pengalaman sign-on tunggal atau single sign-on ke aplikasi aplikasi intranet.

Selain itu juga menawarkan kemampuan akses yang lebih kaya yang memadukan sterilisasi keamanan atau security hygiene secara real-time dengan otomatisasi penerapan kelaikan atau compliance automation. Workspace ONE menggabungkan pengelolaan identitas dan enterprise mobrlrty management (EMM) untuk membantu organisasi atau perusahaan mengimplementasikan seluruh aplikasi bisnis dan layanan secara aman dan dengan pengalaman penggunaan yang semakin meningkat.

Santoso Suwignyo juga menekankan bahwa perusahaan-perusahaan perlu memiliki pemikiran di luar persoalan keamanan dan pemenuhan standar peraturan saja.

“Sejak lama telah muncul ketidaksetarasan antara prioritas Tl dan tuntutan kebutuhan pengguna," ujarnya.

Dia mengatakan end-user menginginkan sistem yang simple namun efisien dalam mengakses beragam aplikasi yang mereka butuhkan. Sementara, bagian Tl utamanya sangat mementingkan kepastian kontrol dan keamanan.

"Seringkali pihak perusahaan hanya sekadar menerapakan sistem keamanan yang berorientasi pada tingkat kemudahan dalam penggunaannya," ujarnya.

Santoso mengatakan melalui penerapan VMware Workspace ONE, perusahaan dapat meraih keselarasan antara penyediaan kebijakan keamanan yang komprehensif dan telah memenuhi persyaratan yang ditentukan, dengan kemudahan dalam penggunaan dan tidak memusingkan para karyawan.

"Solusi ini menjadi satu-satunya platform terintegrasi yang mampu menghadirkan akses kontekstual ke seluruh aplikasi serta menghadirkan manajemen endpoint terbaik di industri,” ujarnya.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Agne Yasa
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper