Bisnis.com, JAKARTA—Tak banyak platform marketplace yang bersedia buka-bukaan soal sumber penghasilan yang diperoleh. Namun hal itu berbeda dengan OLX Indonesia yang kini tak lagi berada di fase burning money seperti kebanyakan platform digital lain.
Edward Kilian, Chief Marketing Officer OLX Indonesia, mengaku perkembangan bisnis OLX terus mengalami perkembangan dari tahun ke tahun.
Tahun lalu misalnya, ketika OLX Indonesia memperkenalkan fitur berbayar yakni highlight dan sundul, Edward mengaku adopsi fitur oleh pengguna berjalan lancar bahkan mengalami kemajuan cukup cepat.
“Mengingat jumlah pengguna sekaligus volume barang di OLX sangat banyak, sehingga mereka butuh memiliki posisi yang menonjol di antara yang lain,” katanya.
Layanan bernilai tambah atau value added service tersebut merupakan salah satu sumber pendapatan e-commerce yang dulu merupakan gabungan platform tokobagus dan berniaga tersebut.
Selain itu, sumber pendapatan lain yang kini diraup berasal dari biaya iklan produk bermerek yang tampil pada laman website OLX.
“Trafik kami besar jadi dari advertising atau pengiklan brand yang ada di-website kita. Kalau baca di-website kan ada iklan banner dan lainnya,” tuturnya.
Sejauh ini, sambungnya, segmen produk gadget dan otomotif merupakan yang paling laris dalam platform OLX. Sekitar 70% barang yang ditawarkan dari dua segmen itu bisa laku dalam kurun waktu sepekan. Sisanya, barang-barang dari segmen fashion dan hobi.
“Ada 43.000 barang di kategori fashion yang laku setiap bulan. Sepatu, jam tangan, tas dan dompet. Nilai transaksinya antara Rp5 miliar-Rp10 miliar untuk kategori fashion setiap bulan,” sebutnya.