Bisnis.com, JAKARTA - Samsung Electronics Indonesia (SEIN) mengaku penjualan sejumlah produk smartphone-nya masih stabil setelah terjadi insiden Samsung Galaxy Note 7 yang baterainya sempat bermasalah di beberapa negara di luar Indonesia.
Seto Anggoro, Product Marketing Manager Samsung Electronics Indonesia (SEIN), mengemukakan insiden yang terjadi pada produk unggulannya tersebut dinilai tidak akan menggangu penjualan ponsel pintar Samsung tipe lainnya. Pihaknya akan bertanggungjawab penuh atas peristiwa yang terjadi terhadap semua produknya.
"Sebetulnya peristiwa ini tidak ada hubungannya dengan produk Samsung lain, apapun yang telah terjadi pada Samsung Galaxy Note 7 seharusnya tidak akan berpengaruh dengan yang lainnya," tuturnya di sela-sela acara peluncuran Samsung di Jakarta, Selasa (13/9/2016).
Samsung telah mendapatkan laporan sebanyak 35 kasus insiden terkait permasalahan baterai pada Samsung Galaxy Note 7 selama September 2016, karena itu vendor asal Korea Selatan tersebut telah resmi berhenti memproduksi dan menjual smartphone Samsung Galaxy Note 7.
Dia juga berpandangan reaksi cepat tanggap yang dilakukan oleh Samsung untuk memberikan kompensasi terhadap konsumen yang telah melakukan pembelian Samsung Galaxy Note 7 secara pre-order tersebut, dinilai telah membuat konsumen nyaman.
"Menurut saya, reaksi cepat dari Samsung ini justru malah menumbuhkan confidence level kepada konsumen bahwa Samsung memang punya tanggungjawab yang bagus," katanya.
Genjot Pasar Online
Berkaitan dengan itu, Samsung Electronics Indonesia juga tengah memfokuskan diri untuk menggenjot pasar online melalui smartphone Samsung Galaxy On 7 agar konsumennya bermigrasi ke pasar e-commerce sehingga dapat memperkuat ekosistem digital Indonesia.
Jo Semidang, Corporate Marketing Director Samsung Electronics Indonesia, mengklaim telah memiliki sejumlah mitra e-commerce untuk mendistribusikan berbagai produk Samsung kepada konsumennya. Dia berharap dengan inovasi baru tersebut, Samsung dapat memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi digital Indonesia.
"Pada era digital saat ini, kami turut berpartisipasi dalam menggairahkan e-commerce yang semakin diminati oleh kalangan millenial ini," tuturnya.
Berdasarkan data We Are Social, pertumbuhan angka pengguna Internet Indonesia telah meningkat sekitar 15% sejak awal Januari 2016. Sementara itu, sebesar 70% halaman Internet telah diakses melalui ponsel dan diperkirakan sekitar 20% konsumen dalam satu bulan membeli kebutuhan mereka melalui e-commerce.
Jo mengatakan pihaknya kini telah bekerja sama dengan sejumlah e-commerce di antaranya adalah AlfaCart, Bhinneka, Blibli, Dinomarket, JD.id, Klik Indomart, Lazada dan Mataharimall.com.
Dia mengaku pihaknya ingin masuk dalam ekosistem digital Indonesia melalui pasar e-commerce dan menyediakan produk khusus yang hanya dijual oleh e-commerce mitra Samsung.
"Kami juga akan menyediakan rangkaian smartphone yang bagi kalangan anak muda yang dijual ekslusif hanya pada situs e-commerce dengan harga yang terjangkau," katanya.
Dia optimistis strategi bisnis terbarunya kali ini dapat mengubah pola belanja konsumen Samsung ke arah digital dari retail. Menurut Jo, salah satu target market Samsung kali ini adalah generasi digitally savvy dan socially connected atau lebih dikenal dengan nama generasi millenial.
"Generasi ini kan diprediksi akan menjadi penggerak ekonomi Indonesia dalam waktu lima tahun ke depan. Lagipula generasi ini kan lapisan terbesar dari populasi penduduk Indonesia saat ini," ujarnya.