Mahasiswa ITB Juara Lewat Konsep Olah Plastik Jadi Solar

Newswire
Rabu, 9 Desember 2015 | 05:20 WIB
Danang Hendrawan (siswa SMK 11) menyalakan kompor mini berbahan bakar limbah plastik/Antara
Danang Hendrawan (siswa SMK 11) menyalakan kompor mini berbahan bakar limbah plastik/Antara
Bagikan

Bisnis.com, BANDUNG - Indonesia bisa tambah kaya dari limbah plastik. Dengan pengolahan serius, limbah itu bisa diolah menjadi bahan bakar minyak yang menghasilkan Rp 53,6 triliun per tahun.

Konsep pengolahan limbah plastik ini ditemukan oleh Akbar Syahid Rabbani, mahasiswa Teknik Lingkungan ITB angkatan 2012. Lewat konsep ini juga Akbar menjadi juara kontes Young Economist Stand-Up 2015.

Akbar memaparkan potensi eonomi baru tersebut di Indonesia, dengan pengolahan limbah plastik pada reaktor pirolisis. Mesin itu akan membakar sampah plastik dengan suhu 400-800 derajat Celcius. Pemanasan yang menghasilkan kondensasi atau pengembunan, hasil uapnya menjadi minyak. “Material plastik juga berasal dari minyak bumi, hanya beda tingkatannya,” kata Akbar, Selasa, 8 Desember 2015.

Minyak hasil olahan limbah plastik selanjutnya diolah kembali untuk menjadi bahan bakar jenis tertentu. Misalnya solar atau bensin dengan kualitas premium atau beroktan lebih tinggi. Teknologi konversi itu, kata Akbar, sudah diterapkan di Amerika Serikat dan Jepang. “Untuk dipakai kendaraan bermotor, di Amerika sudah skala pabrik, di Jepang skala rumah tangga,” ujarnya.

Dari catatan Akbar, produksi limbah plastik di Indonesia mencapai sekitar 8 juta ton. Dihitung bersih semuanya untuk diolah menjadi bahan bakar minyak, bisa menghasilkan 8 miliar liter solar. “Potensi keuntungan pemerintah bisa Rp 53,6 triliun per tahun,” ujarnya.

Teknologi itu terhitung berbiaya investasi besar dan sistemnya cukup rumit. Selain itu tidak semua limbah plastik bisa diolah. Hanya plastik keras yang biasa digunakan untuk botol kemasan saja yang bisa. Karena itu harus adalah pemilhan limbah agar hasilnya maksimal dan mesin bekerja secara efisien. “Kalau sampah kantong plastik diolah menjadi biji plastik seperti di tempat pembuangan sampah Bantargebang untuk dipakai lagi,” ujarnya.

Residu pembakaran sampah plastik di reaktor, kata Akbar, berupa debu. Adapun polusi udara dari reaktor, bisa dikurangi dengan teknologi agar sesuai baku mutu. “Debu residu bisa dipakai menjadi bahan campuran paving block atau batako, tapi masih perlu diuji dan diteliti apakah bakal larut atau tidak kalau terkena air,” katanya.

Kompetisi bagi mahasiswa yang disokong sebuah bank perusahaan pada akhir November 2015 itu bertujuan mencari solusi dan peluang dari kondisi perekonomian Indonesia agar meningkat. Pada lomba tersebut, Akbar yang merupakan satu-satunya finalis mahasiswa teknik meraih juara ketiga. Juara pertama dan kedua peserta dari mahasiswa ekonomi serta bisnis asal Universitas Sebelas Maret dan President University.

Akbar berharap pemerintah Indonesia mau menerapkan pengolahan limbah plastik menjadi bahan bakar minyak itu. Alasannya, produksi minyak terus menurun sementara pemakaian makin meningkat. Ketika pengumuman pemenang, Menteri Koordinator Maritim dan Sumber Daya Rizal Ramli yang hadir akan merekrut Akbar. “Belum jelas maksudnya apa, saya tunggu saja tapi tidak berharap banget,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Newswire
Editor : Fatkhul Maskur
Sumber : tempo
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper