Empat Perusahaan Smartphone Global Dirikan Pabrik di Indonesia

Agnes Savithri
Kamis, 28 Mei 2015 | 00:08 WIB
Ilustrasi/Antara
Ilustrasi/Antara
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA— Empat perusahaan smartphone global akan mengoperasikan pabriknya di Indonesia terkait rencana pemerintah menetapkan Tingkat Kandungan Dalam Negeri pada ponsel pintar.

Direktur Industri Elektronika dan Telematika Direktorat Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Kementerian Perindustrian Ignatius Warsito mengungkapkan ada vendor global yang tercatat akan membangun pabrik di Indonesia.

“Akan ada beberapa vendor yang akan membuka pabrik seperti ASUS, Huawei, Lenovo, dan Xiaomi,” tutur Warsito, di Jakarta, belum lama ini.

Menurutnya, para vendor ini harus siap merakit ponsel pintar pada kuartal I/2016 agar memenuhi syarat TKDN yang rencananya akan dijalankan mulai 2017. Sebelumnya, vendor asal Korea Samsung Group melalui PT Samsung Electronics Indonesia (SEIN) telah mengoperasikan pabriknya pada awal tahun 2015 ini.

Warsito menjelaskan perusahaan asal Korea ini telah melakukan produksi sejak Februari 2015. Pabrik bersifat Semi Knock-Down (SKD) ini telah melakukan produksi 1,4 juta unit per bulannya.

"Kandungan 4G pun sudah naik 30%,” tambah Warsito. Selain Samsung, vendor asal China,  PT Indonesia Oppo Electronics telah membuka pabrik dan melakukan produksi 500 ribu unit per bulannya.

Terkait regulasi TKDN, Warsito menjelaskan tiga kementerian sedang menyiapkan surat edaran bersama yang diperkirakan rampung awal Juni. “Kominfo mengenai penetapan TKDN, Kemenperin perhitungannya, Kemendag komitmen realisasinya,” ungkap Warsito.

Selain Izin Usaha Industri (IUI), Kemenperin juga akan mengawasi teknis TKDN alias tingkat komponen dalam negeri yang tertera dalam Peraturan Pemerintah 69/2014 mengenai Ketentuan dan Tata Cara Penghitungan TKDN Industri Elektronika dan Telematika. Peraturan pemerintah ini merupakan turunan UU No. 3/2014 tentang Perindustrian.

Berdasarkan data Kemenperin, jumlah impor ponsel nasional pada 2012 tercatat US$2,6 miliar dan meningkat menjadi US$2,9 miliar. Sedangkan per Agustus 2014, nilai telah tercatat US$2,1 miliar bahkan sebelum akhir tahun.

 

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Agnes Savithri
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper