Bisnis.com, JAKARTA - Fenomena pasar laptop yang terus menerus tergerus oleh tablet dan phablet (phone tablet) memang tengah marak diperbincangkan.
Bahkan, saat bertandang ke pusat penjualan komputer Mall Ambassador atau ITC Roxy Mas, laptop tak lagi jadi pajangan utama.
"Belakangan, tablet lebih laku ketimbang laptop," ujar Yudha, pramuniaga salah satu kios laptop di Ambassador, King Com, Jumat (19/9/2014).
Menurutnya, tendensi ini memang sudah disadari sejak lama. Konsumen mementingkan teknologi yang praktis dibandingkan utilitas."Dulu, laptop layar kecil cukup populer. Sekarang bergeser ke tablet detachable," kata Yudha.
Sementara itu, Abit, pramuniaga Jaya Sentosa Notebook di Roxy Mas, justru berpendapat lain. "Biasanya pasar laptop tenornya cukup kencang. Belum sampai sebulan sudah keluar varian baru. Namun pada kuartal ketiga ini belum ada produk baru yang muncul."
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Komputer Indonesia (Apkomindo) Agustinus Sutandar mengakui pasar laptop tak lagi menarik.
"Kecenderungan yang terjadi di sini [Indonesia] adalah utilitas laptop yang perlahan-lahan terganti tablet dan phablet, sehingga pasar laptop nyungsep," ujarnya kepada Bisnis, Jumat (19/9/2014).
Namun demikian dibandingkan tahun lalu, Agustinus memperkirakan besaran nilai pasar laptop tahun ini year on year (yoy) bisa naik hingga 10% menjadi 4,07 juta unit dibandingkan tahun 2013 yang hanya 3,7 juta unit.
"Kenyataanya, penjualan laptop pada September sedikit lebih baik dari dua bulan sebelumnya. Mungkin karena kemarin kondisi ekonomi belum stabil akibat euforia pemilihan presiden (pilpres)," ujarnya.
Pada prinsipnya, kata Agustinus, penetrasi komputer di Indonesia masih kecil sehingga masih ada kemungkinan pasar laptop tetap bertahan dalam 5 tahun ke depan. Namun bukan lagi sebagai consumer goods, tetapi mengarah ke pasar enterprise yang menyajikan laptop berspesifikasi tinggi (high-end).
"Saat ini kontribusi laptop high-end memang masih kecil hanya sekitar 10%-15%. Namun ke depan diperkirakan menjadi segmen yang menarik karena margin labanya cukup besar," terangnya. Ia melihat hal ini dari porsi segmen enterprise terhadap total belanja IT yang sebesar 60%.
Kondisi ini tentu disikapi asosiasi bukan tanpa strategi, yakni memberikan wawasan dan pembekalan bagi para pengusaha komputer tentang added value dalam bisnis laptop tanpa merujuk pada principal. "Kalau tak berubah, kami mati,"tegas Agustinus.