Bisnis.com, JAKARTA—BRTI menyatakan tidak akan memaksa operator CDMA untuk berkonsolidasi kendati industri ini sudah di ujung tanduk.
Anggota Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) Nonot Harsono mengatakan perkembangan terbaru menunjukkan masing-masing operator code division multiple access (CDMA) telah memiliki solusi sendiri untuk menyelamatkan industri ini. Pemerintah hanya perlu menyiapkan jalan agar setiap solusi operator ini terlaksana.
“Mau didorong konsolidasi juga sulit, karena setiap operator punya kebijakan yang berbeda,” ujarnya kepada Bisnis, Selasa (22/7/2014).
Nonot melanjutkan pemerintah akan segera melakukan penataan frekuensi 850 MHz yang saat ini dipakai oleh empat operator CDMA yaitu Flexi, StarOne, Esia, dan Smartfren. Hal ini dilakukan sebagai bagian dari skenario penyelamatan industri ini. Pasalnya, operator CDMA saat ini dinilai sudah sangat sulit bersaing dengan operator berbasis global system for mobile communication (GSM).
Menurut Nonot, Flexi dan StarOne memilih untuk hijrah ke teknologi GSM. Bagi keduanya solusi ini memungkinkan karena keduanya memiliki induk usaha yang berbasis teknologi ini. PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. (Telkom) yang memiliki Flexi berniat mengalihkan pelanggan dan frekuensi CDMA ke Telkomsel yang berbasis GSM. Hal serupa juga direncanakan oleh PT Indosat Tbk. yang ingin mengalihkan StarOne ke Indosat.
Kendati demikian, opsi ini sulit terlaksana jika frekuensi 850 MHz belum ditata. Pasalnya, secara teknis di antara frekuensi Flexi di 850 MHz dan Telkomsel di 900 MHz masih terdapat frekuensi yang dipakai oleh PT Smartfren Telecom Tbk.