Supaya Dilirik Investor, Bisnis Konten Butuh Struktur Jelas

Gloria Natalia Dolorosa
Rabu, 4 Juni 2014 | 19:05 WIB
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Bisnis konten di Indonesia membutuhkan struktur yang jelas agar dapat dilirik investor dan dapat bertumbuh pesat.

Alexander Rusli, Ketua Asosiasi Telekomunikasi Selular Indonesia (ATSI), mengatakan banyak konten dihasilkan warga Indonesia, tapi tidak berkembang lantaran kurangnya modal.

Modal untuk mengembangkan bisnis konten sulit didapat dari perbankan yang enggan mengeluarkan pinjaman untuk usaha pemula (start-up).

“Pada akhirnya, mengandalkan dari equity. Sementara, equity mesti lihat struktur yang bagus dulu baru mau berinvestasi,” kata Alexander, Rabu (4/6/2014).

Struktur bisnis konten yang dimaksud yakni proses penawaran umum saham perdana (initial public offering/ IPO) dan pajak.

Menurut Alexander, jangan sampai ketika usaha bisnis konten sudah besar dan investor ingin usaha tersebut melantai di bursa, kondisi keuangan start-up tidak sesuai ketentuan di Bursa Efek Indonesia.  

Aturan pajak buat start-up pun perlu dipertajam. “Jangan sampai ketika dia sudah besar, dijual, lantas kena tunggakan pajak,” ujarnya.

ATSI belum bisa memprediksi nilai bisnis konten di Indonesia karena bisnis konten belum jelas dimasukkan ke kategori tertentu, apakah kategori mobile advertising atau information technology.

Alexander memprediksi industri konten bertumbuh 6% pada triwulan II tahun ini dibandingkan dengan triwulan I/2014. Sebab, industri konten akan meningkat tajam sebelum bulan puasa yang terjadi pada ujung triwulan II/2014.

“Nah, jangan sampai naik kemudian turun cepat hingga akhir tahun. Ini yang harus dicari jalan keluarnya,” tutur Alexander.

Menurutnya, semua operator telekomunikasi sudah memiliki layanan untuk bulan Ramadan.  Artinya, operator telekomunikasi sudah siap untuk mendulang penaikan industri konten dan mengantisipasi penurunan industri konten.

Alexander menuturkan penertiban registrasi kartu prabayar tidak akan mengganggu industri konten. Penertiban registrasi kartu prabayar akan berimbas pada penurunan churn rate.

Saat ini rerata churn rate industri telekomunikasi sebesar 15%. Prediksi Alexander, churn rate akan berada di level 8%-10% pascaimplementasi penertiban registrasi kartu prabayar. “Penurunan churn rate akan terasa saat registrasi diperketat pada September nanti,” ujarnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Editor :
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper