Bisnis.com, JAKARTA—Meski telah menerima keputusan pemerintah yang menarik frekuensi 10MHz di spektrum 2,1GHz sebagai bagian dari konsolidasi dengan Axis, namun XL masih membidik frekuensi tersebut jika dilelang nanti.
Presiden Direktur dan CEO XL Hasnul Suhaimi mengatakan pihaknya berniat mengikuti lelang sisa spektrum di 2,1GHz yang akan digelar pemerintah. Dia menyebutkan sejak awal XL berharap pemerintah hanya akan mengambil frekuensi 5MHz di spektrum 3G itu.
Dia tidak menampik jika proses konsolidasi dengan Axis berakhir sukses maka kepemilikan frekuensi XL di spektrum 900MHz dan 1.800MHz sudah setara dengan Telkomsel yang kini memuncaki daftar operator terbesar di Tanah Air. Namun dia menegaskan layanan data akan menjadi salah satu bisnis penting di masa depan.
XL akan memiliki frekuensi 7,5MHz di spektrum 900MHz dan 22,5MHz di spektrum 1.800MHz jika upaya mencaplok Axis berjalan mulus. Kepemilikan frekuensi XL pada kedua spektrum layanan 2G (suara dan SMS) itu sama persis dengan Telkomsel yang masih menjadi operator terbesar saat ini.
Adapun di spektrum 3G pasca konsolidasi XL akan memiliki frekuensi sebesar 15MHz. Jumlah itu pun sama dengan frekuensi milik Telkomsel di spektrum yang sama.
“Kalau dibolehkan kami mau ikut lelang lagi. Kami merasa nyaman dengan keputusan pemerintah dan harus menghormati, saya kira pemegang saham juga memahami,” ujar Hasnul dalam perbincangan dengan Bisnis di Jakarta, Kamis (5/12/2013).
Dia menegaskan akuisisi adalah cara terbaik yang dapat ditempuh XL untuk menyediakan tarif murah namun dengan kualitas yang baik. Menurutnya rencana akuisisi Axis sudah muncul sejak 2 tahun lalu.
Usulan itu, katanya, datang dari tim jaringan XL yang melaporkan perlunya tambahan frekuensi untuk menunjang strategi bisnis perusahaan. Kala itu, kata Hasnul, XL tengah berupaya memangkas tarif layanan namun di sisi lain juga berupaya mengatrol pendapatan dalam waktu singkat.
“Tantangan kami saat itu adalah memangkas harga sampai 90% tapi pendapatan bisa naik seketika,” ujarnya.
Menurut Hasnul, strategi tersebut tidak berjalan mulus karena ketersediaan frekuensi yang terbatas yang membuat layanan tidak berjalan mulus. Sebab utamanya saat itu, katanya, adalah jumlah pengguna 2G yang masih mencapai 80% dari total pelanggan XL. Upaya XL menyiasati keterbatasan itu dengan teknologi halfrate dan MBC juga kurang sukses karena berujung pada penurunan kualitas percakapan.
“Itu membuat pertumbuhan bisnis XL saat itu terhalang. Harga saham juga stagnan karena pelanggan tidak bertambah,” paparnya.
Pendekatan dengan Axis pun, katanya, tidak lempeng bahkan sempat terancam batal. Selain jangkauan pelanggan Axis yang belum luas investasi yang dikeluarkan pun tergolong besar. Hasnul menyebutkan untuk meminang Axis saat ini dibutuhkan dana setidaknya Rp17 triliun. Apalagi sepanjang 2007 hingga 2011 pemegang saham XL sudah menggelontorkan dana hingga Rp41 triliun.
Anggota Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia Nonot Harsono mengatakan keiinginan XL untuk ikut dalam lelang dua blok sisa spektrum 3G tidak dilarang. Namun dia menegaskan XL kemungkinan tidak akan masuk dalam prioritas karena sudah memiliki jumlah frekensi yang lumayan.
“Itu akan dilihat dari kelayakan, dilihat juga karena masih ada yang punya sedikit. Tapi secara konsep siapa saja boleh ikut, tidak ada black list,” katanya.
Kondisi itu juga bisa berubah jika Menteri Komunikasi dan Informatika mengeluarkan keputusan yang melarang XL ikut lagi dalam lelang yang akan digelar nanti.
Kominfo beberapa waktu lalu sudah memutuskan untuk menarik blok 8 dan 12 karena Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari kedua blok itu paling maksimal. Menteri Kominfo dalam nota dinas internal Kementerian Kominfo juga sudah memerintahkan Dirjen Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika (SDPPI) untuk menyiapkan seleksi pita 3G (2,1GHz) yang dikembalikan XL sebagai bagian dari konsolidasi dengan Axis.