Bisnis.com, JAKARTA — Smart Telecom (Smartfren) menegaskan sudah siap dengan segala kemungkinan jika akhirnya Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) memindah spektrum yang mereka gunakan ke 2,3GHz.
Presiden Direktur PT Smart Telecom Merza Fachys menyebutkan pihaknya kini tengah menghitung kebutuhan biaya untuk menyiapkan jaringan di spektrum baru. Menurutnya harga perangkat dari vendor diperkirakan mencapai ratusan juta dolar.
“Mau diapakan saja kami siap, tapi belum ada [pemberitahuan] resmi, kalau non formal sudah,” ujarnya di Jakarta pekan lalu.
Dia mengatakan pihaknya masih menunggu kejelasan dari pemerintah terkait penataan tersebut. Menurutnya penataan akan dilakukan di semua spektrum dan bukan hanya di spektrum yang ditempati Smartfren.
Merza menegaskan spektrum 1.900MHz yang selama ini digunakan Smartfren sudah mendapat lisensi dari pemerintah. “Kami sesuai lisensi, bukan semantara, pemindahan spektrum itu kan hanya soal teknis, tidak masalah.”
Adapun terkait dengan kebutuhan perangkat jika migrasi benar terjadi, dia meyakini hal itu akan terselesaikan secara alami. Kondisi tersebut, katanya, sama dengan saat teknologi 3G kali pertama diperkenalkan. Pihaknya juga tidak menyiapkan strategi khusus terkait ketersediaan perangkat di spektrum 2,3GHz.
Dia menambahkan Smarfren juga sudah menyiapkan strategi untuk pengembangan layanan long term evolution (LTE) alias 4G. Dia menyebutkan sudah saatnya operator telekomunikasi di Tanah Air bermain di layanan LTE. Meski begitu dia tidak menampik layanan komersil LTE Smartfren tidak akan dilakukan dalam waktu dekat.
“Kami siap sejak lama, tidak berarti saling menunggu operator lain, tapi semua harus dihitung lebih dahulu, diperbaiki,” katanya.
Terkait dengan saran Menkominfo agar operator CDMA melakukan konsolidasi, Merza menilai hal itu harus dipelajari lebih jauh. Dia mengatakan pelaku harus memiliki yang sama sebelum melakukan konsolidasi.
Dia tidak menampik bisnis telekomunikasi saat ini tengah menghadapi tekanan. Hal itu dialami hampir semua perusahaan telekomunikasi baik CDMA maupun GSM. Meski begitu dia meyakini Smartfren masih bisa berkembang lagi termasuk dari jumlah pelanggan. Merza mengklaim dari sejumlah perusahaan telekomunikasi, Smartfren lah yang mengalami pertumbuhan pelanggan paling signifikan.
Tahun depan depan pihaknya juga berencana menggali sumber-sumber pendapatan yang belum dimaksimalkan tahun ini. Salah satunya adalah menyediakan layanan konten. “Layanan data kami hanya jualan pipa [jaringan] yang tidak ada untungnya,” katanya.
Dirjen Sumberdaya dan Perangkat Pos dan Informatika (SDPP) Muhammad Budi Setiawan sebelumnya mengatakan pihaknya masih mengkaji kemungkinan pemindahan spektrum Smartfren. Menurutnya kemungkinan pemindahan hanya bisa dilakukan di spektrum tinggi salah satunya adalah 2,3GHz.
“Ke 850MHz tidak bisa, ke 2,6GHz juga tidak karena masih dipakai, kemungkinan ke 2,3GHz,” ujarnya kepada Bisnis belum lama ini.
Dia mengatakan Kominfo sudah menyiapkan sejumlah skenario pemindahan termasuk pemberian frekuensi yang lebih lebar sebagai kompensasi jika Smartfren jadi pindah ke 2,3GHz. “Kalau memang mereka mau ya 2015 sudah bisa pindah,” katanya.