Alexander Rusli : Adu Strategi di Pasar Matang

News Editor
Jumat, 30 Agustus 2013 | 18:28 WIB
Bagikan

Bisnis.com, JAKARA - Lari sejak hari pertama. Ini yang harus dilakukan Alexander Rusli begitu menduduki jabatan Presiden Direktur dan CEO Indosat pada 1 November 2012. Bukan hal yang sulit, sebab Alexander bukan orang baru bagi Indosat. Dia telah menjabat komisaris independen Indosat sejak Januari 2010.

Energinya berasal dari pengetahuan dan pemahaman terhadap perusahaan. Apa strategi Alexander untuk membawa Indosat menghadapi kompetisi di industri seluler yang semakin ketat? Berikut wawancara Bisnis dengan Alexander baru-baru ini:

Bagaimana tren seluler pada tahun ini?
 

Pasar di dalam negeri sudah sangat matang. Banyak pengguna yang mempunyai lebih dari satu ponsel. Jadi, saat ini tantangan di industry seluler tidak hanya mengenai cakupan jaringan dan menambah pelanggan tetapi bagaimana caranya meningkatkan pendapatan per pelanggan atau ARPU (average revenue per user).

 Indosat sangat agresif menggarap layanan data. Bagaimana dengan segmen ini?

 Semua orang tahu data is growing. Tapi pengguna belum sampai pada level membayar akses data seperti mereka membayar penggunaan SMS (short message service) dan suara. Tren penggunaan data akan naik saat ada promosi.

Akan tetapi saat tidak ada promosi, akses data akan turun. Ini menandakan, penggunaan layanan data belum menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Bagi pengguna smartphone memang berbeda karena akses data menjadi bagian yang tidak terpisahkan.

Proses untuk mendapatkan lebih banyak kustomer untuk mengakses data sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari akan terus berjalan. Titik pendorong akses data akan terjadi saat harga smartphone baru sekitar US$70.

 

Kalau smartphone baru dipasarkan dengan harga US$70, harga smartphone bekas pasti akan lebih turun lagi. Ini akan menggerakkan akses data. Tahun ini kami menargetkan sebanyak 60% dari total pelanggan Indosat akan mulai menggunakan layanan data.
 

Apa tantangan mengedukasi konsumen untuk lebih menggunakan data?
 

Akses data itu harus dilekatkan ke dalam aplikasi, seperti Facebook dan Twitter. Untuk segmen generasi muda tidak akan diragukan lagi bahwa mereka akan menjadi pengguna data. Tapi sekarang mereka kan masih belum berpenghasilan. Segera setelah mereka mendapatkan penghasilan, segmen ini akan menggerakkan pasar data menjadi lebih berkembang.

Bagaimana dengan potensi pendapatan dari pasar data?

Margin data masih lebih rendah dibandingkan dengan suara dan SMS. Ini yang terjadi di industry seluler. Margin yang paling besar voice, terus SMS, lalu diikuti data. Tapi di sisi lain, kapasitas yang kami siapkan kan harus lebih besar. Tapi harus ada investasi. Kalau investasi ditunda 3 tahun lagi misalnya, upaya untuk menjaring pengguna muda, yang potensial menjadi pengguna data tadi tetapi masih belum berpenghasilan, sudah terlambat.

Indosat menggelar 3G di frekuensi 900 MHz. Apa dampak terhadap bisnis layanan data?

Implementasi belanja modal sempat tertunda pada tahun lalu karena kami menunggu izin penggunaan 900 MHz untuk 3G. Prosesnya memang lama tapi kami akhirnya mendapatkan izin itu. Teknologi netral ini memang sangat dibutuhkan.
 

Perbedaan belanja modal antara kami memiliki izin 3G di 900 MHz dan tidak memiliki izin itu besar sekali. Frekuensi lebih rendah akan membuat jangkauan juga lebih besar. Kalau di frekuensi yang lebih tinggi, seperti 2,1 GHz, diperlukan BTS lebih banyak hingga tiga kali lipat dibandingkan dengan frekuensi 900 MHz.
 

Modernisasi jaringan untuk wilayah Jabodetabek dan Bali akan selesai pada April ini. Kemudian akan menyusul di kota-kota lain. Untuk Pulau Jawa, modernisasi jaringan akan selesai pada tahun ini. Untuk luar Pulau Jawa, pengerjaan akan dimulai pada akhir tahun dan jaringan bisa melayani pelanggan pada 2014.
 

Berbicara soal kinerja keuangan, bagaimana strategi Indosat mengatasi selisih kurs?
 

Problemnya semua peralatan dibeli dengan dolar. Ini adalah isu kunci. Tetapi hal ini tidak bisa dihindari. Peralatan dibeli dengan dolar, tetapi pendapatan selalu dalam rupiah karena kami kan memasarkan layanan di Indonesia.
 

Walaupun debt-to-EBITDA ratio kami besar, hampir mencapai 2, kalau dilihat dari industry secara umum, sebetulnya rasio kami masih oke. Cuma memang jika dibandingkan dengan perusahaan telekomunikasi lain, lebih tinggi. Tapi kami tidak terlalu khawatir. Sekarang sedang dicari titik tengahnya, apakah kami akan reissue bond dalam rupiah, seperti apa yang kami kerjakan tahun lalu, atau menggunakan instrumen-instrumen lain.
 

Untuk kebutuhan dolar AS pada tahun ini kami tidak menghadapi masalah karena masih ada hasil penjualan menara. Kebutuhan untuk membayar utang pada tahun ini misalnya tidak membuat kami khawatir.
 

Bagaimana dengan laba usaha yang turun?
 

Laba usaha turun karena komponen dolar AS. Jika dilihat dari EBITDA, EBITDA kami justru naik. Coba dikeluarkan komponen dolar AS. Selisih Selisih kurs itu dampaknya lebih ke dividen. tapi tidak terlalu berdampak terhadap kinerja perusahaan, karena tidak memengaruhi pendapatan operasional.
 

Bagaimana dengan kelanjutan penjualan menara?
 

Fase pertama penjualan 2.500 menara sudah selesai. Pada Agustus, transaksi sudah closing. Menara yang kami miliki masih banyak, sekitar 10.000-an. Kami belum memutuskan apakah dilepas atau tidak pada tahap kedua ini.
 

Tower itu menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari perusahaan telekomunikasi. Pada saat dilepas, harapannya banyak operational cost yang bisa ditekan, tapi ternyata tidak, sehingga akhirnya mengenai margin EBITDA. Jadi untuk tahap kedua ini, kami benarbenar belum memutuskan.
 

Kejaksaan Agung telah menetapkan Indosat dan IM2 sebagai tersangka dalam kasus penyelenggaraan Internet di teknologi 3G. Bagaimana menanggapi kasus ini?
 

Regulasi kan clear. Kementerian Kominfo juga jelas posisinya. Kami sebagai industri tetap bernaung di bawah regulator yang mengeluarkan lisensi dan peraturan. Selama regulator mendukung, kami relative tenang. Bahwa Kejaksaan berpikir lain, kami ini mengikuti lisensi dan peraturan. Kalau berbeda interpretasi, kami juga tidak mengerti ba gaimana ini [koordinasi] antarinstansi pemerintah. Tapi selama regulator mendukung, proses ini kami lalui.
 

Bagaimana dengan kerugian negara Rp1,3 triliun yang disampaikan Kejagung?
 

Tapi perjalanan sampai kerugian itu bisa ditetapkan masih jauh. Indonesia kan mengikuti treaty ICSID (International Centre for Settlement of Investment Disputes). Kebetulan Indosat juga dimiliki oleh investor asing. Inves tor asing kan dilindungi. Kalau sampai ke arbitrase internasional, yang malu negara. Nanti akan ada sidang di luar negeri, dilihat situasi seperti apa. Ini juga dapat meng-undo keputusan di dalam negeri karena kita ikut dalam treaty.
 

Bagaimana CDMA (code division multiple access)?
 

Bisnis model CDMA berubah. Di sejumlah daerah, seperti Jawa Tengah dan Jawa Timur, bisnis CDMA masih tumbuh. Tapi penggunaannya lebih seperti fixed-line. Untuk seluler kurang berkembang karena ekosistem juga kurang mendukung. Jenis ponsel CDMA juga makin lama makin sedikit. Tapi untuk pengganti fixed-line, CDMA masih bagus. Masih ada growth di situ.
 

Di tengah pasar yang semakin matang, kompetisi juga akan semakin kencang. Bagaimana Anda memandang kompetisi?
 

Kompetisi itu yang membuat kami inovatif dan saya suka inovasi. Perusahaan dapat memberikan layanan dengan kualitas yang lebih baik dan lebih murah, berkat kompetisi. Kami dipaksa untuk memberikan layanan dengan harga yang lebih terjangkau. Pada saat yang bersamaan, ini juga tekanan untuk vendor agar menyediakan peralatan dengan harga yang lebih murah. Jadi ini saling berkaitan.
 

Kalau di antara tiga pemain (Telkomsel, Indosat, dan XL), kompetisi di Jawa sudah se makin dekat. Tapi susah menilai apakah operator telekomunikasi saat ini masuk kategori sedikit atau terlampau banyak. Sebab, kalau pemain terlalu banyak, pengguna juga berpotensi mendapatkan layanan yang kurang berkualitas. Waktu 2007 misalnya, saat terjadi price war, kompetisi ini memberikan layanan yang murah tapi kualitas yang didapatkan pengguna juga sangat rendah.
 

Apa rencana Anda untuk Indosat?
 

Empat plus satu. Da lam waktu 3 tahun ke depan, kami mau saat orang berpikir mengenai smartphone, dia langsung terkoneksi dengan Indosat. Kami ingin men jadi pemain terdepan di segmen smartphone.
 

Yang kedua, kami ingin terdepan dalam customer experience. Selain itu, yang lebih berorientasi internal perusahaan, kami ingin menjadi ope rator dengan konstruksi (organisasi) yang ba ik. Bisnis ini kan berubah terus. Begitu ada game changer, kami harus fleksibel. Jadi ketika game changer datang, kami dapat beradaptasi. Misalnya dulu siapa yang tahu Facebook dan Twitter itu dapat mengubah dunia. Yang keempat, kami ingin mencapai pertumbuhan yang terbesar.
 

Tambahannya, kami ingin juga memiliki sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Kami lakukan banyak hal untuk mengembangkan SDM. Pada saat price war itu, orang fokus ke market, tapi lupa ke SDM.
 

Apa yang akan dilakukan semua mengarah ke target ini. Kami kan tidak bisa bilang memiliki customer service terbaik tapi kualitas jaringannya buruk. Itu sebabnya, kami menganggarkan belanja modal untuk modernisasi jaringan.
 

Menurut Anda, faktor apa yang membuat Anda dipilih memimpin Indosat?
 

Saya diminta di sini karena apa yang saya kerjakan sekarang itu sudah saya rencanakan sejak menjadi komisaris independen. Ini juga pertimbangan kenapa akhirnya saya yang diminta. Siapapun yang dicari adalah orang yang bisa langsung lari. Jadi jangan mengubah rencana lagi.
 

Latar belakang saya kan juga dari industri ini. Saya berkarir selama 6 tahun di regulator. Situasi industri telekomunikasi saat ini sangat menantang. Tapi di sisi lain juga menghadapi penurunan pertumbuhan.
 

Saya yakin, ini keputusan yang benar bagi saya untuk pindah kemari. Dengan segala permasalahan industri, saya happy. Buat saya yang terpenting adalah saya harus berhasil di sini. Saya baru 41 tahun. Karir saya masih panjang.
 

Saya ingin orang-orang bekerja sejak hari pertama saya bergabung. Filosofi saya adalah saya senang mengatasi masalah secara langsung. Intinya kalau kamu percaya dan melakukan sesuatu dengan kejujuran dan kebenaran, selebihnya akan baik-baik.

Bagaimana dengan proses kaderisasi?

 Saya harus mempersiapkan. Jadi jika sesuatu terjadi harus ada orang yang siap untuk menggantikan.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : News Editor
Editor : Lahyanto Nadie
Sumber : Galih Kurniawan, Gajah Kusumo, Ratna Ariyanti, & Ringkang Gumiwang
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper