Bisnis.com, JAKARTA--Virtualisasi server dinilai membawa dampak ekonomi positif bagi kalangan dunia usaha karena memangkas biaya listrik dan administrasi.
Menurut Server Economies Index 2013 yang dilansir lembaga riset IDC, virtualisasi memicu pembelian server yang semakin sedikit. Kondisi itu membuat pemanfaatan ruang yang lebih efektif di kalangan perusahaan karena semakin sedikit server fisik di pusat data mereka.
Menurut IDC, penghematan belanja server pada periode 2003--2012 di Indonesia mencapai US$0,13 miliar, sedangkan pada 2013-- 2020 nilainya diprediksi meningkat menjadi US$0,67 miliar.
Dampak lain yang muncul dari implementasi virtualisasi server adalah penurunan konsumsi daya listrik dan kebutuhan pendinginan.
IDC menyebutkan penghematan biaya listrik dan pendinginan dengan virtualisasi server di Indonesia pada 2003--2012 mencapai US$0,05 miliar. Angka penghematan diprediksi bakal naik pada periode 2013--2020 menjadi US$0,16 miliar.
Virtualisasi server juga berdampak pada biaya administrasi lantaran investasi yang dibutuhkan untuk mengelola server virtual berbeda dengan pengelolaan server tidak divirtualisasi.
Pada periode 2003-- 2012, penghematan biaya administrasi server di Indonesia dengan adanya virtualisasi mencapai US$0,04 miliar, sedangkan pada periode 2013-- 2020 diperkirakan US$0,2 miliar.
Penghematan juga datang dari biaya ruang lantai yang mencapai US$0,001 miliar pada 2003--2012. Pada 2013--2020, penghematan pada komponen biaya ini diprediksi mencapai US$0,005 miliar.
Data IDC menyebutkan dari 2003-- 2020 virtualisasi memberikan dampak ekonomi sebesar US$1,256 miliar bagi industri server di Indonesia.
Country Manager VMware Indonesia Andreas Kagawa mengatakan potensi perkembangan virtualisasi di Tanah Air memang cukup besar.
Saat ini, ungkapnya, baru 15%-- 20% server fisik di Indonesia yang telah divirtualisasi. Dia yakin lebih dari 80% server bisa divirtualisasi, termasuk untuk keperluan bisnis dan mission critical application.