DENPASAR--PT Telkom Indonesia mengajak pengembang aplikasi lokal untuk meramaikan industri kretaif digital melalui penyediaan fasilitas pelatihan dan pendanaan agar menjadi bagian dari entitas bisnis nasional maupun global.
Senior Manager Research, Innovation & Design Center PT Telkom Bilpen Nainggolan mengatakan melalui program Indigo Incubator yang dikembangkan sejak 2009, akan menjaring 20 perusahaan rintisan --dari ribuan peminat-- yang diharapkan melahirkan aplikasi digital maupun smartphone yang mampu menembus pasar global.
“Program ini akan terus dikembangkan dan menyasar banyak pengembang lokal agar dapat lebih fokus menggarap ide, melahirkan produk unggulan, memiliki landasan bisnis yang baik serta akses menembus pasar,” katanya, Minggu (28/4/2013).
Indigo Incubator ini diikuti ratusan peserta yang digelar di lima kota yakni Yogyakarta, Medan, Surabaya, Denpasar, dan Bandung. Kata Bilpen potensi industri kreatif digital di kota-kota tersebut sangat besar dan perlu dukungan dari banyak pihak agar dapat tersalur serta berperan di pasar yang lebih luas. Dia menyebut tiket.com dan aplikasi e-hotel yang lahir dari program ini sebelumnya telah mendapat respons yang baik dari pasar.
Bilpen mengatakan program Indigo Incubator memberikan berbagai bentuk dukungan fsilitas, layanan, dan pendanaan. Untuk pengembangan bisnis disediakan seed capital hingga Rp250 juta dan venture capital hingga Rp2 miliar per perusahaan ritisan yang lolos seleksi.
Indigo juga menyediakan tempat kerja co-working space lengkap dengan infrastruktur digital, server, dan perangkat lain untuk pengembangan, pengujian aplikasi serta akses kepada platform teknis yang dimiliki Telkom Group.
Untuk pelatihan dan pendampingan bisnis, kata Bilpen, bekerja sama dengan Masyarakat Industri Kreatif Teknologi Informasi dan Komunikasi Indonesia (MIKTI). “Kita akan memasarkan produk yang dihasilkan kepada 150 juta pengguna layanan Telkom Group dan di 10 negara tempat Telkom mengembangkan bisnisnya,” katanya.
Head of Mobile Apps Developer Community PT Telkomsel Anindito Respati mengatakan kemampuan para pengembang aplikasi dari dalam negeri tidak kalah dari luar, namun sayangnya produk mereka secara bisnis belum disukai pasar dan hanya diketahui komunitas yang sangat terbatas.
“Kami berharap para pengembang aplikasi lokal bisa lebih jeli membaca pasar, apalagi jumlah pengguna smartphone Telkomsel yang terus bertumbuh sekitar 20-35% merupakan pasar yang sangat menggiurkan untuk digarap lebih serius,” katanya.
Kata dia pengguna ponsel cerdas lebih banyak menggunakan aplikasi dari luar seperti facebook, instagram, twitter dll. Dia berharap lebih banyak aplikasi dari pengembang lokal yang lebih menarik dan digemari. "Selama ini aplikasi yang dibuat pengembang lokal adalah yang berbasis untuk telepon masa depan. Sekitar 80% aplikasi yang digunakan pelanggan kami berasal dari luar dan sisanya dikembangkan pengembang lokal,” katanya.(ems)