JAKARTA - PT Global Mediacom Tbk mengantongi omzet sebesar Rp8,7 triliun sepanjang 2012, atau tumbuh 20,8% dari pendapatan tahun sebelumnya yang senilai Rp7,2 triliun.
Direktur Global Mediacom David Fernando Audy menuturkan perolehan pendapatan berasal dari kenaikan nilai rekap iklan dari entitas anak PT Media Nusantara Citra Tbk dan pertumbuhan pelanggan saluran televisi berlangganan Indovision. Dari PT MNC Sky Vision Tbk.
“Sales [pendapatan] Global Mediacom Rp8,7 triliun sepanjang 2012. Sebanyak 66% dari Media Nusantara Citra, sisanya 34% berasal dari MNC Sky,”ujarnya kepada Bisnis, Selasa(19/02/2013).
Melalui efisiensi beban usaha dan beban operasional, emiten media integrasi terbesar di Indonesia tersebut mampu membukukan pertumbuhan laba bersih mencapai 47,1% dari Rp779,36 miliar pada 2011 menjadi RpRp1,14 triliun sepanjang tahun lalu.
Pada 2013, emiten berkode saham BMTR itu menargetkan pendapatan bisa naik 42,5% atau mencapai Rp12 triliun. Kontribusi terbesar, lanjutnya, masih melalui pendapatan konten dan iklan dari Media Nusantara Citra dengan persentase 60%.
Kontribusi pendapatan dari MNC Sky diharapkan lebih besar, dari semula 34% menjadi 40% terhadap total omzet. Untuk mewujudkan hal itu, perseroan gencar merealisasikan penambahan target pengguna Indovision dari 2 juta pelanggan menjadi 2,7 pelanggan pada 2013.
Selain itu, perseroan juga berpeluang melakukan pengembangan usaha baik di dalam maupun di luar negeri. Dia menyebutkan perseroan memiliki dana segar sebesar Rp5 triliun dari kas internal untuk berekspansi.
Seperti diketahui, perseroan disebut-sebut mengincar perusahaan media milik Grup Bakrie yakni PT Viva Media Asia Tbk yang berencana dilego sebanyak 70% dari total saham beredar.
Tak hanya itu, perseroan juga membuka peluang mengembangkan usaha media di luar negeri. Secara detail, David menyebutkan rencana ekspansi bisa berupa akuisisi perusahaan media cetak atau operator penayangan film.
“Kami sedang melihat peluang di Indonesia dan bisa juga di luar negeri. Kalau media penyiaran di luar mungkin terbatas regulasi kepemilika asing, paling peluangnya di media cetak atau bioskop,” sebutnya.
Sayangnya, David enggan menyebutkan lebih detail terkait rencana pengembangan usaha medianya di luar negeri. Saat ini, perseroan memiliki usaha distribusi blockbuster video bernama di singapura, dan perusahaan media sejenis di Amerika Serikat.(dot)