Bisnis.com, JAKARTA - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi musim kemarau yang terjadi saat ini di Indonesia masih akan dibarengi dengan intensitas hujan yang tinggi.
Secara keseluruhan, musim kemarau tahun ini diprediksi datang bersamaan atau lebih lambat dari normalnya di 409 ZOM (59%).
Meski demikian, akumulasi curah hujan selama musim kemarau diperkirakan berada pada kategori normal, tanpa kecenderungan lebih basah atau lebih kering. Puncak musim kemarau diprediksi terjadi pada bulan Agustus dan akan berlangsung lebih singkat dari biasanya pada 298 ZOM (43%).
Dalam beberapa pekan terakhir, masyarakat merasakan cuaca panas terik pada siang hari, namun masih disertai hujan pada sore atau malam.
Fenomena ini dinamakan kemarau basah, di mana curah hujan masih tinggi saat musim kemarau tiba. Diprediksi, kemarau basah kan terjadi dalam rentang waktu Juni-Agustus 2025.
BMKG memperkirakan sebanyak 56,54% wilayah Indonesia akan mengalami kondisi lebih basah daripada normalnya. Kondisi akan berlanjut pada Juli 2025 di mana kemarau basah diperkirakan meluas ke 75,3% wilayah dan Agustus sebanyak 84,% wilayah.
Penyebab Kemarau Basah
Kemarau basah bisa terjadi karena pengaruh dari dinamika atmosfer regional dan global, seperti suhu muka laut yang lebih hangat, angin monsun yang tetap aktif, atau keberadaan La Nina yang turut disertai Indian Ocean Dipole (IOD) negatif.
Tanda Kemarau Basah
Beberapa tanda terjadinya kemarau basah yakni hujan turun secara sporadis atau tidak rutin. Kemudian intensitas hujan biasanya ringan sampai sedang.
Suhu udara yang seharunya panas, kini cenderung lebih sejuk dengan angin yang bergerak sedang. Sayangnya hal ini membuat cuaca tidak menentu dan berubah dengan cepat.
Pada beberapa kasus, kemarau basah membuat cuaca panas tiba-tiba turun hujan. Kemudian hujan bisa turun dan pergi dengan cepat.
Hujan juga akan turun dengan karakteristik tidak merata, berdurasi singkat, berintensitas sedang hingga lebat, serta disertai kejadian kilat/petir dan angin kencang di sejumlah wilayah.
Dampak Kemarau Basah
Kemarau basah bisa berpengaruh terhadap pertanian dan keadaan sosial di masyarakat. Hujan dapat membantu petani mendapatkan air dan menghindarkan dari kekeringan.
Hujan juga mencegah dari munculnya kebakaran hutan maupun lahan yang biasa terjadi di musim kemarau.
Sayangnya, intensitas hujan yang tidak menentu bisa membuat petani gagal panen karena banjir. Kemudian untuk tanaman dan panen musiman bisa tidak tumbuh secara optimal.
Dampak kemarau basah lainnya adalah munculnya serangan hama dan penyakit tanaman karena kelembaban yang cenderung tinggi.
Bagi masyarakat, intensitas hujan yang tidak menentu kemudian langsung muncul cuaca panas membuat penyakit muncul seperti masuk angin dan demam.
Sebagian masyarakat juga rentan terkena diare dan demam berdarah karena suhu udara yang lembab.