Bisnis.com, JAKARTA - Kehadiran pusat kecerdasan buatan (AI) di Papua diperkirakan berdampak pada sektor pendidikan, pertambangan, hingga kesehatan. Sejumlah layanan pada sektor tersebut diperkirakan bergerak lebih dinamis, efektif, dan efisien.
Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) berencana memperkenalkan pusat AI di Papua sebagai komitmen pemerintah dalam mendorong inklusivitas di Papua. Langkah tersebut melibatkan berbagai pihak, termasuk PT Indosat Tbk.
Ketua Pusat Kajian Kebijakan dan Regulasi Telekomunikasi Institut Teknologi Bandung (ITB), Ian Yosef M. Edward mengatakan selain mendorong inklusivitas, kehadiran pusat AI berpeluang membuat sejumlah layanan di sektor pendidikan hingga kesehatan makin bergeliat.
Sentuhan teknologi akan membawa inovasi baru yang berdampak jalannya operasional bisnis. Misalnya untuk sektor pendidikan, kata Ian, AI dapat memangkas kesenjangan.
Masyarakat di Papua dapat merasakan akses informasi yang lebih luas dan mudah dengan AI, semudah dan sama kualitas informasinya dengan para pelajar yang berada di Pulau Jawa.
Selain itu, AI juga dapat mengoptimalkan proses belajar dan mengajar serta menempatkan SDM berkualitas sesuai dengan kebutuhan para pelajar. “Datanya sudah ada, tetapi pengolahannya lama karena manual, sehingga pengambilan keputusan juga lama. AI dapat mempercepat proses tersebut karena AI mengelola big data yang dimiliki,” kata Ian kepada Bisnis, Rabu (14/5/2025). Ian juga menyinggung mengenai peran AI dalam menghadirkan pembelajaran yang lebih terpesonalisasi hingga proses belajar yang lebih interaktif melalui video.
Teknologi AI juga dapat membantu menjembatani kesenjangan pendidikan antara daerah perkotaan dan pedesaan, memberikan akses pendidikan berkualitas kepada siswa di daerah yang sulit dijangkau. “AI dapat membuat rangkuman dari data yang kita masukan. Jadi untuk optimasi,” kata Ian.
Lebih lanjut, sambung Ian, untuk sektor kesehatan AI dapat membantu pemerintah setempat dalam melakukan pemetaan yang lebih akurat dan cepat terkait penderita tuberclosis (TBC), yang berdampak pada penurunan angka kematian (mortalitas).
AI akan melacak pergerakan penderita TBC dan meminta mereka untuk terus melanjutkan pengobatan. Dinas Kesehatan Provinsi Papua memperkirakan terdapat 11.645 kasus TBC pada 2024. Tetapi dari jumlah tersebut hanya 6.702 kasus (58% dari perkiraan) yang berhasil dilacak. Dari 6.702 kasus yang ditemukan, 6.444 adalah TBC Sensitif Obat (TBC SO) dan 258 adalah TBC Resisten/Kebal Obat (TBC RO). Kabupaten/Kota dengan jumlah kasus TBC tertinggi adalah Jayapura (1.561 kasus). “AI bisa melacak dengan lebih cepat dan akurat,” kata Ian.
Senada, Ketua Bidang Industri IoT, AI, dan Big Data Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) Teguh Prasetya mengatakan AI dapat mengoptimasi penerapan telemedicine dan operasi jarak jauh serta diagnosa jarak jauh. Layanan tersebut akan makin optimal jika didukung dengan infrastruktur 5G (mobile) dan layanan internet cepat. Sedangkan untuk pendidikan dengan adanya sekolah virtual, pengajaran jarak jauh serta mudahnya akses informasi pendidikan jarak jauh (tele education) berbasis kompetensi siswa dengan menggunakan AI. “Hal ini akan mendorong tingkat pendidikan serta kelulusan dan kompetensi siswa di Indonesia Timur,” kata Teguh.
Teguh menambahkan tetapi untuk mencapai hal tersebut, pemerintah perlu memastikan infrastruktur telekomunikasi dan AI. Untuk penerapan AI hingga Indonesia Timur perlu penguatan infrastruktur digital baik fixed broadband maupun mobile broadband sebagai akses utama dari aplikasi AI tersebut.
Sekadar informasi, perluasan layanan konektivitas ke Indonesia Timur terus dilakukan oleh operator telekomunikasi dalam negeri. Selain PT Telkom Indonesia Tbk. (TLKM), perusahaan telekomunikasi PT Indosat Tbk. (ISAT) juga terus memperluas layanannya hingga ke Indonesia Timur.
Indosat hadir untuk memberikan pilihan alternatif kepada masyarakat Indonesia Timur, termasuk di Papua. Selain itu, kehadiran konektivitas yang andal diharapkan dapat membuat masyarakat Papua lebih berdaya.