Komdigi Andalkan Pendekatan Sandboxing Dorong Penguatan AI di Sektor Kesehatan

Leo Dwi Jatmiko
Minggu, 4 Mei 2025 | 10:25 WIB
Wamenkomdigi Nezar Patria (tengah) saat bertemu dengan pewakilan kelompok Kerja Komunikasi Risiko dan Pelibatan Masyarakat (Risk Communication and Community Engagement/Pokja RCCE+) di Kantor Pusat Kementerian Komdigi, Jakarta Pusat, Jumat (02/05/2025).
Wamenkomdigi Nezar Patria (tengah) saat bertemu dengan pewakilan kelompok Kerja Komunikasi Risiko dan Pelibatan Masyarakat (Risk Communication and Community Engagement/Pokja RCCE+) di Kantor Pusat Kementerian Komdigi, Jakarta Pusat, Jumat (02/05/2025).
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA  — Wakil Menteri Komunikasi dan Digita (Wamenkomdigi), Nezar Patria menegaskan pentingnya pengembangan dan pengawasan teknologi kecerdasan buatan (AI) di sektor kesehatan melalui pendekatan sandboxing.

Sandboxing adalah teknik yang memungkinkan eksekusi program dalam lingkungan terisolasi, yang disebut “sandbox”. Lingkungan ini membatasi akses terhadap sumber daya lainnya.

Dalam konteks AI untuk kesehatan maka teknologi AI dapat diterapkan terbatas pada wilayah atau sektor tertentu sebelum akhirnya siap dieksplorasi ke dunia yang lebih luas. 

Nezar Patria menyatakan sebelum sistem AI diimplementasikan secara luas, sistem tersebut harus melewati tahap pengujian dalam lingkungan terbatas dan terkontrol sebelum terintegrasi ke sistem yang lebih besar.

"Saya kira penting sekali. AI itu harus lolos dulu dari proses ini. Di situ kita bisa lihat bagaimana sistem itu comply dengan regulasi, mitigasi risikonya seperti apa, dan apakah cocok dengan use case yang diajukan, dengan trial yang dibuat," kata Nezar, Minggu (4/5/2025).

Menurut Nezar melalui proses sandboxing, para pemangku kepentingan dapat menilai berbagai aspek teknis dan etis, termasuk kesiapan operasional dan potensi dampaknya terhadap masyarakat.

Dia mencontohkan China sebagai negara yang unggul dalam pengembangan AI karena menerapkan sandboxing di level domestik sebelum go global.

"China itu sudah sampai pada level advanced AI-nya, lebih banyak robot diciptakan dengan AI di sana untuk melakukan tugas-tugas. Dan sebelum go global, mereka mencoba di pasar domestik dulu, jadi sandboxing nya sudah berlangsung di negara mereka lebih dulu," tuturnya.

Nezar juga mengingatkan tantangan dalam penerapan model Agentic AI yang mampu membuat keputusan sendiri. 

Risiko ini, lanjutnya, tidak dapat dihindari dalam pengembangan teknologi mutakhir, terutama dalam konteks kesehatan, di mana risiko AI bukan hanya teknis, tetapi juga sosial dan etis.

"Kalau masih butuh campur tangan manusia, kita harus punya kebijakan soal human in the loop. AI di sektor kesehatan tantangannya besar sekali. Disinformasi misalnya, itu sektor kesehatan adalah yang tertinggi kedua setelah politik. Belum lagi ada bias dengan kepentingan komersial. Bisa saja muncul rekomendasi medis yang tidak pernah melewati uji klinis," jelasnya.

Oleh karena itu, Nezar Patria menekankan pentingnya pengembangan AI kesehatan yang berbasis pada data nasional yang telah dikurasi dan divalidasi oleh para ahli dalam negeri.

"Dengan pendekatan ini, Indonesia bisa membangun sistem AI yang tidak hanya inovatif, tetapi juga aman, etis, dan sesuai dengan nilai-nilai Pancasila," tegasnya.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Editor : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper