Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) mengkaji model Multi-Operator Core Network (MOCN) sebelum digunakan untuk mempercepat adopsi 5G di Tanah Air.
Wakil Menteri Komunikasi dan Digital (Wamenkomdigi) Nezar Patria mengatakan, pengkajian ini dilakukan untuk melihat keunggulan dan kelemahan dari model ini.
Nezar pun menyebut model sharing network ini memiliki banyak manfaat jika nantinya digunakan di Indonesia.
“Jadi kita coba coba review dulu lah. Tapi sharing network ini kalau secara hitungan cost dan benefitnya itu lebih banyak benefitnya,” kata Nezar kepada Bisnis, Kamis (20/1/2025).
Multi-Operator Core Network (MOCN) adalah model berbagi jaringan telekomunikasi yang memungkinkan beberapa operator seluler untuk berbagi infrastruktur jaringan akses radio (RAN) yang sama, termasuk menara, antena, dan spektrum frekuensi, sambil tetap mempertahankan jaringan inti (core network) mereka secara terpisah.
Model ini diklaim berhasil diterapkan di Malaysia. Sehingga, cakupan 5G di Malaysia sudah mencapai 80%.
Semantara itu, Indonesia masih tertinggal jauh dalam penetrasi jaringan 5G. Padahal, implementasi 5G di Malaysia dilakukan pada waktu yang sama dengan Indonesia di 2021.
Maka dari itu, Nezar menuturkan model sharing network ini akan membuat pembangunan jaringan dan teknologi untuk 5G akan lebih optimal dan efisien.
Nezar menambahkan, pihaknya juga akan memanggil pihak operator seluler untuk mendengarkan masukan terkait model yang sukses dipakai oleh Malaysia ini.
“Iya nanti kita bicarakan dengan mereka (Opsel), ujarnya.
Diberitakan sebelumnya, Komdigi mengusulkan penerapan model Multi-Operator Core Network (MOCN) untuk mempercepat adopsi 5G di Tanah Air.
Adapun, usul ini dikatakan saat pertemuan antara Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid dengan Menteri Investasi dan Hilirisasi/BKPM sekaligus CEO Danantara, Rosan Roeslani.
Meutya mengatakan, model ini memungkinkan operator berbagi infrastruktur, sehingga dapat mempercepat ekspansi jaringan sekaligus menekan biaya investasi.
Selain itu, pemanfaatan infrastruktur milik PLN juga menjadi solusi strategis dalam memperluas jaringan telekomunikasi ke daerah-daerah yang masih minim akses internet.
Dengan memanfaatkan tiang listrik PLN untuk distribusi serat optik, biaya investasi dapat ditekan hingga 67%, mempercepat penetrasi internet dengan lebih efisien.
“Implementasi 5G yang optimal dapat mengurangi Total Cost of Ownership (TCO) hingga 54% dibandingkan dengan 4G. Dengan strategi yang tepat, kita dapat memenuhi kebutuhan industri, bisnis, dan masyarakat akan jaringan yang lebih cepat dan andal,” kata Meutya.