SKKL Bifrost Gerbang Alternatif Internet Indonesia - Amerika Serikat

Leo Dwi Jatmiko
Jumat, 14 Februari 2025 | 08:30 WIB
Ilustrasi SKKL Bifrost/ Telin
Ilustrasi SKKL Bifrost/ Telin
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA — Pengusaha kabel laut mengungkap kehadiran sistem komunikasi kabel bawah laut (SKKL) Bifrost dapat menjadi jalur alternatif konektivitas internet yang menghubungkan Indonesia dengan Amerika Serikat. 

SKKL Kabel Bifrost merupakan sistem kabel trans-Pasifik yang menghubungkan Singapura, Indonesia, Filipina, Amerika Serikat (Guam, Gorover Beach, Winema) dan Meksiko.

SKKL ini membentang melalui Laut Jawa dan Laut Sulawesi, dengan total panjang kabel 20.230 km termasuk cabang-cabangnya.

Konsorsium Bifrost terdiri dari Meta (melalui anak perusahaannya yang dimiliki secara langsung dan penuh, Edge Cable Holdings USA, LLC), PT. Telekomunikasi Indonesia International (Telin), Keppel Telecommunications & Transportation Limited (Keppel T&T), dan Amazon. 

Sekjen Asosiasi Penyelenggara Sistem Komunikasi Kabel Laut Seluruh Indonesia (Askalsi) Resi Y. Bramani mengatakan ⁠⁠SKKL Bifrost cukup baik untuk Indonesia sebagai gateway international alternatif, yang selama ini hanya berasal dari dan ke Singapura. 

“Untuk wilayah Timur Indonesia akan mempercepat proses digitalisasi karena adanya Hub di Manado,” kata Resi kepada Bisnis, Jumat (14/2/2025). 

Resi menambahkan bagi Telkom, hadirnya SKKL ini juga mengurangi ketergantungan perusahaan terhadap trafik SKKL yang berasal dari Singapura. Selain itu, kualitas layanan SKKL Telkom akan makin baik karena tingkat redundansi link meningkat. 

Redundansi link merupakan duplikasi atau komponen tambahan dari suatu jaringan, untuk memastikan ketersediaan jaringan apabila terjadi gangguan atau kegagalan pada salah satu link. Redundansi link sangat penting untuk mencegah terjadinya gangguan yang dapat menyebabkan kerugian besar.

“Kapasitas bandwidth makin besar maka daya tampung pengguna atau pelanggan dapat bertambah,” kata Resi. 

Resi menjelaskan menggelar SKKL yang menghubungkan Indonesia dengan AS secara langsung, bukanlah hal yang mudah. Dibutuhkan modal besar karena ⁠karena jaraknya terlalu jauh, harus melewati samudera terluas di dunia sehingga perlu desain dan konfigurasi teknis yang sangat baik agar latensi tetap rendah. 

Selain itu, dibutuhkan juga kualitas material kabel laut yang sangat baik, dan kapal penggelar yang 'mumpuni' dan canggih guna menghadapi kondisi cuaca di tengah lautan.

“Intinya butuh biaya modal dan operasional yang sangat besar untuk bisa menghubungkan langsung SKKL dari Benua Asia ke Amerika,” kata Resi. 

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Editor : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper