AI DeepSeek Milik China Diklaim Lebih Efisien dari OpenAI, AS Ketar-Ketir

Rika Anggraeni
Minggu, 26 Januari 2025 | 10:10 WIB
Ilustrasi bendera China dan Amerika Serikat (AS). / Reuters-Dado Ruvic-illustration
Ilustrasi bendera China dan Amerika Serikat (AS). / Reuters-Dado Ruvic-illustration
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA — Perusahaan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) asal China, DeepSeek akan menjadi penantang berat bagi AI milik Amerika Serikat (AS). AI buatan China ini diklaim lebih murah dibandingkan OpenAI.

Melansir dari Global Times, Minggu (26/1/2025), DeepSeek asal China ini berhasil memproduksi sistem AI yang kompetitif, setara dengan o1 OpenAI yang dikembangkan raksasa teknologi AS.

Namun, perusahaan harus mengatasi pembatasan ketat terkait semikonduktor yang diberlakukan pemerintah AS terhadap China.

“Model AI murah dan sumber terbuka milik China, DeepSeek menggetarkan para ilmuwan,” tulis laporan Nature.

Menurut laporan tersebut, kinerja DeepSeek mencakup beberapa tugas dalam kimia, matematika, dan pengkodean setara dengan model o1 milik OpenAI.

Adapun pada Desember 2024, perusahaan yang berbasis di Hangzhou itu resmi meluncurkan model AI skala besar bernama DeepSeek-V3. Model baru ini dengan cepat menarik perhatian di kalangan penggemar AI. Serta, memicu diskusi yang melampaui batas negara dan menyebar ke platform media sosial internasional serta forum teknologi.

Menurut pengumuman yang dirilis DeepSeek, perusahaan menyatakan bahwa mereka tidak terlibat dalam kerja sama proyek eksternal, maupun memberikan layanan penerapan privatasi dan dukungan terkait.

Selain itu, DeepSeek juga menekankan bahwa mereka akan fokus pada penelitian dan pengembangan untuk mengembangkan model yang lebih canggih.

Mantan Dekan dari Institut Riset Industri Kecerdasan di perusahaan perangkat lunak AI China, SenseTime, Tian Feng berpendapat bahwa kemampuan DeepSeek dengan biaya pelatihan lebih rendah mendefinisikan ulang aturan dari pengembangan AI.

Menurut dia, pendekatan yang diambil DeepSeek telah memberi tekanan yang belum pernah terjadi sebelumnya pada perusahaan AI AS. “Karena kemungkinan akan menarik lebih banyak pengguna dan pengembang global untuk berpartisipasi dalam pengembangan AI kelas atas, yang dapat melemahkan pangsa pasar dan pengaruh perusahaan AI Amerika,“ ujar Feng.

Sementara itu, Profesor Madya Studi Kecerdasan di Universitas Nanjing Li Baiyang menilai pendekatan teknologi DeepSeek menantang dominasi dan monopoli teknologi AI AS. “Ini membuktikan bahwa pembatasan chip AS tidak efektif,” kata Baiyang.

Menurutnya, saat ini AS tengah berusaha mempertahankan dominasi di bidang AI melalui berbagai kebijakan dan peraturan administratif, dengan fokus pada perlindungan keunggulannya dalam kemampuan komputasi dan algoritmik.

Namun, dia menyebut bahwa persaingan sehat antara China dan AS dalam AI bergantung pada sikap AS. Kedua negara ini bersaing di industri AI, namun ada juga ruang signifikan untuk kerjasama, terutama dalam tata kelola AI.

Teranyar, Presiden AS Donald Trump mengumumkan investasi infrastruktur AI senilai US$500 miliar di AS. Di mana, tiga perusahaan teknologi terkemuka akan membentuk perusahaan baru bernama Stargate untuk mengembangkan infrastruktur AI di AS.

Penulis : Rika Anggraeni
Editor : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper