Saham Melonjak
Lonjakan saham baru-baru ini telah mendorong rasio harga terhadap laba Apple ke level tertinggi hampir tiga tahun sebesar 33,5, dibandingkan dengan 31,3 untuk Microsoft dan 31,7 untuk Nvidia, menurut data LSEG.
Berkshire Hathaway milik Warren Buffett telah menjual saham Apple - kepemilikan teratasnya - tahun ini, karena konglomerat itu secara luas menarik diri dari ekuitas karena kekhawatiran atas valuasi yang berlebihan.
"Saya menduga saham dalam tiga tahun tidak akan terlihat semahal sekarang," kata Eric Clark, manajer portofolio Rational Dynamic Brands Fund, yang memegang saham Apple.
Apple menghadapi risiko tarif balasan jika Presiden terpilih AS Donald Trump menepati janjinya untuk mengenakan tarif setidaknya 10% pada barang-barang yang berasal dari China.
"Kami yakin Apple kemungkinan besar akan mendapatkan pengecualian pada produk-produk seperti iPhone, Mac, dan iPad, mirip dengan putaran pertama tarif China pada tahun 2018," kata Woodring.
Saham Apple anjlok Rabu lalu di tengah aksi jual Wall Street setelah Federal Reserve memperkirakan laju penurunan suku bunga yang lebih lambat tahun depan, tetapi investor mengharapkan tren pelonggaran moneter yang luas akan mendukung pasar saham tahun depan.
"Teknologi telah dianggap oleh para investor sebagai bentuk baru sektor defensif karena pertumbuhan pendapatan mereka," kata kepala strategi investasi di CFRA Research, Sam Stovall.
Dia melanjutkan, tindakan The Fed dapat berakhir dengan dampak yang lebih besar pada beberapa area siklus lainnya seperti barang-barang konsumen dan keuangan, dan tidak begitu berdampak pada teknologi.
"Pendekatan Apple terhadap kapitalisasi pasar sebesar US$4 triliun merupakan bukti dominasinya yang bertahan lama di sektor teknologi. Tonggak sejarah ini memperkuat posisi Apple sebagai pemimpin pasar dan inovator," kata CEO 50 Park Investments, Adam Sarhan.