Bisnis.com, JAKARTA - Penetrasi Internet Protocol Version 6 atau IPv6 di Tanah Air menyentuh angka 16% pada 2024 atau naik sekitar 1.000 basis points (bps) dibandingkan dengan 2022 yang sebesar 6%. Namun, jika dibandingkan dengan negara-negara di Asia Tenggara, ruang pertumbuhan IPv6 masih tertinggal.
Tingkat adopsi IPv6 di Indonesia telah mencapai 15,3% pada 2024, dengan total 22,5 juta perangkat yang terhubung, angka ini masih tertinggal dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya. Malaysia, Vietnam, dan Thailand mencatat tingkat adopsi masing-masing sebesar 72%, 62,9%, dan 49,8%. Sementara itu, rata-rata adopsi IPv6 di kawasan Asia Tenggara mencapai 31,62%, dengan rata-rata global pada angka 39,59%.
Ketua Umum Asosiasi IoT Indonesia (ASIOTI) Teguh Prasetya mengatakan ruang pertumbuhan IPv6 Indonesia masih terbuka luas seiring dengan penetrasi 5G dan IoT di Indonesia yang secara ekosistem telah mencapai lebih dari 1 miliar perangkat.
Adopsi IPv6 Enhanced Net5.5G, lanjutnya, sangat penting untuk memastikan keamanan platform dan aplikasi, terutama seiring dengan peluncuran 5G.
“Ini bukan hanya tentang meningkatkan kapabilitas, tetapi juga mendukung latensi rendah yang krusial untuk teknologi canggih seperti IoT dan kota pintar,” kata Teguh, Kamis (19/12/2024).
IPv6 Enhanced Net5.5G merupakan protokol jaringan yang digunakan untuk menghubungkan dan mengidentifikasi perangkat di internet.
IPv6 merupakan versi terbaru dari Internet Protocol (IP) yang dikembangkan untuk menggantikan IPv4. Dibandingkan versi sebelumnya, IPv6 memiliki beberapa keunggulan, diantaranya, jumlah alamat IP address yang lebih banyak.
Selain itu, IPv6 juga memungkinkan manajemen dan delegasi alamat lebih mudah dan lebih baik, dengan kemampuan konfigurasi otomatis.
Pasar global IPv6 diestimasi mencapai 34,3 miliar unit pada 2023 dan diproyeksikan mencapai 127,6 miliar unit pada 2030, dengan pertumbuhan rata-rata per tahun mencapai 20,6% dari 2023 hingga 2030.
Sementara itu di Indonesia, pada 2030, ditargetkan penetrasi IPv6 mencapai sebesar 31 persen. Teguh menambahkan, IPv6 Enhanced Net5.5G tidak hanya menciptakan nilai ekonomi tetapi juga membuka peluang untuk memperluas industri lokal dan lapangan kerja.
Dampak ke Ekonomi
Direktur Telekomunikasi Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika Kementerian Komunikasi dan Digital, Aju Widya Sari menjelaskan, adopsi IPv6 Enhanced Net5.5G diperkirakan menyumbang hingga US$7,9 triliun pada 2026 bagi ekonomi global.
Aju menjelaskan, Indonesia saat ini tengah mempercepat langkah menuju transformasi digital dengan mengadopsi IPv6 Enhanced Net5.5G, yang menjadi teknologi fondasi bagi infrastruktur digital masa depan.
“IPv6 Enhanced Net5.5G tidak hanya memenuhi kebutuhan teknis, tetapi juga memberikan manfaat besar dalam tata kelola, keamanan, dan efisiensi di era ekonomi digital,” ujarnya.
Tenaga Profesional Bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Lemhannas RI Ferry Preska Wathan menjelaskan, pemanfaatan IPv6 Enhanced Net5.5G dapat membantu penyediaan data real-time dan integrasi data untuk menghasilkan kebijakan yang tepat dan cermat.
“Adopsi IPv6 Enhanced Net5.5G dapat membantu mewujudkan ekonomi digital yang inklusif bagi seluruh rakyat Indonesia. sekaligus memastikan akses internet dan teknologi ke seluruh pelosok Indonesia,” ujar Ferry.
Dalam kesempatan yang sama ASIOTI juga menandatangani perjanjian kerjasama dengan Indonesia Digital Test House (IDTH) Komdigi yang bertugas melakukan pengujian perangkat elektronik.
PKS ini bertujuan memperkuat sinergitas dalam rangka kerjasama teknis dalam pengembangan sumber daya di bidang alat dan perangkat Internet of Things (IoT), penguatan substansi teknis dalam pengujian perangkat, serta keterlibatan bersama forum nasional dan internasional
Langka
Sementara itu pada Desember 2023, Indonesia Network Information Center (IDNIC) menyebutkan nomor Internet Protocol (IP) versi 4 yang bisa dibeli oleh masyarakat di Asia Pasifik hanya sekitar 19.000.
Pengurus Unit Pelatihan dan Produktivitas SDM IDNIC APJII Mukhammad Andri Setiawan mengatakan hal ini dikarenakan IP versi 4 (IPv4) bernomor 103 dari yang didedikasikan untuk daerah Asia Pasifik dan Oceania sudah habis per Oktober 2023.
Sebagai informasi, IP Address (IP) adalah deretan angka yang mewakili identitas perangkat ketika terhubung ke internet ataupun infrastruktur jaringan lainnya. Sama seperti nomor rumah, IP ini berfungsi memastikan data dikirim ke perangkat yang tepat.
Lebih lanjut, Andri mengatakan jika ada perusahaan yang meminta IP baru, nantinya akan diberikan IP dengan nomor bagian depan /23. Kemudian, ujar Andri adapula potensi lainnya adalah IP baru berawalan 103 tidak sepenuhnya baru.
“Jadi IP hari ini yang beredar, itu IP hasil rekoneksi ulang, jadi beberapa organisasi yang mengembalikan IP atau IP nya sudah tidak dibayar lagi, jadi kita ambil lagi,” ujar Andri.
Lebih lanjut, Andri mengatakan IPv4 saat ini juga dapat dibanderol dengan harga yang cukup fantastis, mulai Rp8 juta hingga Rp200 juta karena kelangkaan tersebut.
Diketahui, IPv6 merupakan variasi terbaru dari IP Address atau dapat dikatakan sebagai Internet Protocol Next Generation (IPng). Perbedaan IPv6 dengan IP versi sebelumnya, IPv4 adalah IP yang menggunakan alamat 128 bit. Diketahui, IPv4 hanya memiliki 20-60 bit.