Riset PwC: Hanya 15% Perusahaan RI Alokasikan Dana untuk Hadapi Risiko Siber

Leo Dwi Jatmiko
Jumat, 29 November 2024 | 10:44 WIB
Ilustrasi sistem keamanan leptop dan komputasi awan/Kaspersky
Ilustrasi sistem keamanan leptop dan komputasi awan/Kaspersky
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - PwC Indonesia, perusahaan jasa profesional, mengungkapkan jumlah perusahaan di Indonesia yang mengalokasikan dana untuk meningkatkan keamanan siber masih sangat rendah. 

Chief Digital and Technology Officer di PwC Indonesia Subianto mengatakan berdasarkan data internal, 36% perusahaan yang baru-baru ini disurvei mengocek biaya lebih dari US$1 juta untuk membayar pelanggaran data, meningkat dari 27% dibandingkan dengan 2023. 

Hal ini membuat 49% direktur perusahaan menganggap keamanan siber sebagai tantangan pengawasan yang besar. Sementara itu, kemajuan teknologi GenAI dan cloud telah meningkatkan kerentanan, dan 42% eksekutif kini juga menyesuaikan strategi mereka untuk mengatasi ancaman dari quantum computing.

Sementara itu di Indonesia, dengan jumlah biaya pelanggaran data yang besar itu, hanya 27% organisasi yang secara rutin mengantisipasi risiko siber masa depan. 

“Dan hanya 15% yang mengalokasikan anggaran siber mereka untuk menangani risiko utama perusahaan,” kata Subianto dikutip Jumat (29/11/2024).  

Lebih lanjut berdasarkan data PwC terbaru, ungkap Subianto, pelanggaran data tunggal dapat menyebabkan kerugian lebih dari US$1 juta. 

Ancaman pelanggaran cloud, hack-and-leak, pelanggaran pihak ketiga, serangan terhadap produk terkoneksi, dan ransomware adalah lima ancaman utama yang paling menjadi perhatian eksekutif keamanan siber.

Sementara itu, Founding Partner AC Ventures Pandu Sjahrir mengatakan dengan kemajuan besar dalam teknologi digital, terutama GenAI, muncul pula kerentanannya yang dapat mengancam inti dari perusahaan yang sedang berkembang, termasuk startup.

AC Ventures bekerja sama dengan PwC Indonesia memperkenalkan panduan keamanan siber berjudul Cybersecurity Playbook for Startups, bagi perusahaan rintisan. 

Panduan tersebut dirancang untuk membantu perusahaan rintisan (startups) dan bisnis yang sedang berkembang memperkuat pertahanan siber di tengah ancaman yang terus berkembang, termasuk munculnya teknologi generative AI (GenAI), cloud canggih, dan quantum computing. 

“Meskipun keamanan siber sangat penting dalam membangun bisnis, banyak tim manajemen masih kurang siap menghadapinya. Hal ini sering terjadi karena fokus mereka lebih kepada operasi inti bisnis dibandingkan keamanan digital, yang justru dapat berujung pada kerugian besar,” kata Pandu.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Editor : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper