Bisnis.com, JAKARTA - PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk. (MTEL) atau Mitratel mencatatkan pendapatan sebesar Rp6,81 triliun pada kuartal III/2024 atau bertambah sekitar Rp545 miliar (naik 8,7%) dibandingkan dengan periode yang tahun lalu.
Pertumbuhan pendapatan tersebut lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan tahunan pada kuartal III/2023 yang saat itu tumbuh Rp666 miliar atau naik 11,9% year on year (YoY).
Perlambatan pertumbuhan tersebut tercermin dari penambahan jumlah penyewa menara perusahaan yang melandai di mana pada kuartal III/2023, secara tahunan jumlah penyewa bertambah 5.314 penyewa (naik 10,3% YoY). Sementara itu pada kuartal III/2024 jumlah penyewa menara hanya bertambah 3.727 penyewa atau naik 6,7% YoY.
Sementara itu, penambahan penyewa menara berbanding terbalik dengan penambahan aset menara.
Saat pertumbuhan jumlah penyewa menara pada kuartal III/2023 lebih tinggi dibandingkan kuartal IV/2024, faktanya jumlah menara baru yang dimiliki Mitratel pada 9 bulan pertama 2023 hanya bertambah 2.040 unit menara. Sementara itu, pada 9 bulan pertama 2024 jumlah unit menara bertambah 2.168 unit menara.
Kembali kepada pendapatan, seiring dengan pendapatan perusahaan yang tumbuh melandai, pertumbuhan laba yang dibukukan Mitratel juga lebih landai.
Merujuk pada laporan info memo Mitratel, Selasa (5/11/2024), pada kuartal III/2024 laba yang dibukukan Mitratel tercatat sebesar Rp1,53 triliun atau bertambah Rp102 miliar secara tahunan (naik 7,1% YoY). Sementara itu pada kuartal III/2023, laba Mitratel sebesar Rp1,43 triliun atau bertambah Rp203 miliar (16,6%) secara tahunan.
Adapun Mitratel dalam jalur meningkatkan rasio penyewa per menara (tenant ratio) pada tahun ini. Mitratel menargetkan rasio operator penyewa menara perusahaan atau tenancy ratio pada tahun ini mencapai 1,56x.
Jumlah tersebut meningkatkan sekitar 0,5 basis points (bps) dibandingkan dengan 2023 yang sebesar 1,51x. Mitratel optimistis dapat mencapai target tersebut seiring dengan jumlah menara yang terus bertambah.
Mitratel dan AALTO HAPS Ltd. (AALTO), produsen dan operator High Altitude Platform Station (HAPS) bertenaga surya Zephyr, belum lama juga menjalin nota kesepahaman untuk menjajaki penyediaan solusi HAPS komersial di Indonesia.
Zephyr yang merupakan Flyng Tower System (FTS) atau biasa disebut BTS Terbang, menyediakan layanan konektivitas seluler, termasuk 5G, langsung ke perangkat. Pesawat nirawak ini mampu terbang di ketinggian 18-20 kilometer, yang kemudian memberikan layanan internet dengan latensi lebih rendah.
Direktur Utama Mitratel Theodorus Ardi Hartoko mengatakan kerja sama ini merupakan upaya perusahaan dalam mendukung rencana pemerintah Indonesia untuk memberikan akses yang merata terhadap telekomunikasi berkualitas bagi seluruh masyarakat.
Akses internet dapat meningkatkan kualitas hidup sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah.
“Kami merintis berbagai inisiatif dan mengadopsi teknologi baru yang memungkinkan Mitratel untuk memperluas jaringannya secara efektif, dengan mengembangkan jalur industri dan komersial untuk HAPS dan Flying Tower System (FTS) di Indonesia,” kata lelaki yang akrab disapa Teddy, dikutip Kamis (1/8/2024).