Roda Ekonomi Digital e-Commerce Bergerak di Daerah Rural

Leo Dwi Jatmiko
Jumat, 13 September 2024 | 10:52 WIB
Ilustrasi UMKM menggunakan internet rumah untuk mengakses aplikasi
Ilustrasi UMKM menggunakan internet rumah untuk mengakses aplikasi
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Jantung ekonomi digital Asia Tenggara berada di Indonesia. Laporan Google, Temasek, dan Bain&Company menunjukkan bahwa pasar ekonomi digital Indonesia bakal menembus US$210 miliar hingga US$360 miliar pada 2030. 

Angka ini hampir dua hingga tiga kali lipat dari pasar ekonomi digital Filipina yang diperkirakan mencapai US$80 miliar hingga US$150 miliar pada tahun yang sama. 

Nilai ekonomi digital yang besar tersebut sebagian besar berasal dari dagang elektronik (e-commerce) yang nilainya diperkirakan mencapai US$160 miliar, mengalahkan travel online yang hanya US$15 miliar pada tahun yang sama. Khusus untuk makanan dan transportasi serta media online, pasar ekonomi digital di Indonesia diperkirakan mencapai masing-masing US$20 miliar dan US$15 miliar.

Sejalan dengan data tersebut, Compas.co.id, platform penyedia data e-commerce Indonesia, mengungkapkan pertumbuhan e-commerce terjadi di berbagai wilayah termasuk di daerah terdepan, terluar dan tertinggal (3T) seperti di Maluku, Nusa Tenggara dan Papua. 

Public Relations Lead Compas Bayu Wardhana mengatakan lokasi seller e-commerce pada sektor FMCG terjadi di wilayah Timur Indonesia, Namun, pada tahun semester I/2024, secara total jumlah produk terjual (sales quantity)turun 19,4% dibandingkan semester II/2023.

Penurunan jumlah produk terjual paling tinggi terjadi di provinsi Maluku Utara, dengan jumlah produk terjualnya turun 42,9% atau menurun dari 3.554 ke 2.031 produk. Sementara itu peningkatan tertinggi terjadi di Maluku, termasuk di dalamnya Kota Ambon. 

“Peningkatan tertinggi terjadi di provinsi Maluku yang tumbuh 34% atau sejumlah 5.592 ke 7.491 produk,” kata Bayu kepada Bisnis, Jumat (13/9/2024). 

Bayu mengatakan pada wilayah bagian timur di Indonesia, jenis paket kecantikan skincare untuk kulit berminyak yang dijual di Nusa Tenggara Barat menjadi produk FMCG yang paling laris di semester I/2024. Sayangnya, meskipun populer, produk ini mengalami penurunan jumlah produk terjual sebesar 17,6% dibandingkan semester sebelumnya. 

“Penurunan ini kemungkinan dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti persaingan yang makin ketat dan perubahan tren konsumen,” kata Bayu. 

Bayu melanjutkan peningkatan penjualan justru ditemukan pada jenis produk lain. Maluku mencatatkan peningkatan jumlah produk terjual pada jenis produk cokelat sebesar 63,4% pada semester I/2024. Sementara itu, Nusa Tenggara Timur mengalami peningkatan penjualan produk sunscreen sebesar 33,7%.

Di Papua, hampir seluruh provinsinya mencatatkan pertumbuhan jumlah produk terjual. Papua dan Papua Tengah menjadi provinsi dengan pertumbuhan tertinggi, masing-masing 81,8% untuk produk vitamin dan 195,7% untuk produk kopi. Pertumbuhan yang signifikan ini menunjukkan potensi pasar yang besar untuk produk-produk FMCG di wilayah Papua. 

Satu-satunya provinsi Papua yang mencatatkan penurunan produk terjual hanya Papua Barat Daya, dimana jenis produk vitamin menurun sejumlah 0.4%

Produk terjual di wilayah Timur Indonesia
Produk terjual di wilayah Timur Indonesia

Bayu memperkirakan pertumbuhan transaksi di wilayah Indonesia Timur, salah satunya didorong oleh kehadiran infrastruktur digital. 

“Kami berharap dengan dibangun dan mulai meratanya infrastruktur digital di Indonesia dapat mendorong pertumbuhan penjualan e-commerce di wilayah timur Indonesia,” kata Bayu. 

Diketahui, dalam 10 tahun terakhir pemerintah dan swasta bahu membahu membangun infrastruktur telekomunikasi. Alhasil, dalam satu dekade terakhir, penetrasi internet Indonesia melesat hingga 440 basis points (bps).

Dari total populasi sebanyak 275,5 juta orang, penetrasi internet di Tanah Air naik dari 34,9% pada 2014 menjadi 79,5% pada 2024.

Khusus untuk daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T) pembangunan internet salah satu program andalan BAKTI Kemenkominfo. 

Melalui jaringan satelit, fiber optik dan Base Transceiver Station (BTS) 4G, pemerintah berupaya memastikan semua masyarakat di Indonesia merasakan manfaat kemajuan teknologi.

Bakti saat ini mengoperasikan Satelit Multifungsi Satria-1 dengan kapasitas bandwidth 150 Gbps yang menyasar ke 37.000 titik di seluruh Indonesia.

Mayoritas dari titik yang menjadi target layanan Bakti adalah kesehatan dan pendidikan. 

Kemudian, pada Juni 2024, sebanyak 4.990 BTS 4G dari target 5.618 BTS telah beroperasi, dengan lebih dari 70% BTS berada di wilayah Indonesia Timur, khususnya Papua. 

Bakti juga mengoperasikan Jaringan Tulang Punggung Sistem Komunikasi Kabel Bawah Laut (SKKL) Palapa Ring yang membentang sepanjang 12.148 kilometer menghubungkan 90 kabupaten/kota di seluruh Indonesia, dengan 57 kabupaten/kota layanan dan 33 kabupaten/kota interkoneksi.

Dalam 5 tahun terakhir, utilisasi Palapa Ring meningkat 22% per tahun, dengan total bandwidth terpakai di Palapa Ring saat ini mencapai 762 Gbps. Keseluruhan infrastruktur tersebut mayoritas hadir di wilayah Indonesia Timur. 

Persebaran akses internet Bakti
Persebaran akses internet Bakti

Khusus untuk e-commerce, pada 2020 Bakti bekerja sama dengan Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) menyelenggarakan rangkaian edukasi untuk UMKM dalam mengembangkan usahanya menggunakan teknologi digital. Ada 60 puluh tema edukasi digital yang akan dijabarkan dalam rangkaian edukasi secara daring atau online.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Editor : Media Digital
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper