The Fed Siap Kerek Suku Bunga, Startup Indonesia Ketar-ketir

Rika Anggraeni
Rabu, 11 September 2024 | 00:20 WIB
Ilustrasi startup. Dok Freepik
Ilustrasi startup. Dok Freepik
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA — Perusahaan rintisan alias startup dinilai akan 'ketar-ketir' jika Federal Reserve (The Fed) terus mengerek suku bunga acuan. Pasalnya, keputusan The Fed berdampak sangat signifikan terhadap investasi di bidang digital, termasuk startup di Indonesia.

Direktur Ekonomi Digital dan Ekonom Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda mengatakan bahwa hanya sekitar 15–20% investasi di sektor ekonomi digital berasal dari dalam negeri, selebihnya berasal dari luar negeri. Untuk investor dari luar negeri akan didominasi dari Amerika Serikat (AS), China, dan Singapura.

Artinya, Huda menjelaskan bahwa pengaruh suku bunga The Fed sangat signifikan terhadap investasi di bidang digital. “Ketika the Fed rate tinggi, pendanaan ke startup digital pasti akan loyo,“ ujar Huda kepada Bisnis, Selasa (10/9/2024).

Pasalnya, dia menjelaskan bahwa investor akan cenderung investasi ke surat utang AS yang aman dibandingkan investasi ke startup digital yang berisiko.

Maka dari itu, lanjut Huda, pendanaan ke sektor digital Indonesia turun sangat tajam dari Rp140 triliun pada 2021 menjadi Rp25 triliun pada 2023.

“Ketika itu The Fed menaikkan rate-nya, langsung ambles investasi sektor digital kita,” ungkapnya.

Namun, kondisi ini berbeda jika The Fed rate menurunkan suku bunga. Huda pun berharap ada kenaikan investasi di bidang ekonomi digital. “Tapi di satu sisi sebenarnya kita juga mendorong investor lokal akan jauh lebih aktif, sehingga proporsi terhadap total investasi bisa meningkat,” terangnya. 

Dampak Langsung ke Startup

Dihubungi terpisah, Asosiasi Modal Ventura Indonesia (Amvesindo) melihat adanya sinyal pendanaan startup Indonesia akan membaik di sisa akhir 2024.

Meski demikian, Ketua Umum Amvesindo Eddi Danusaputro tak menampik bahwa ⁠suku bunga acuan berpengaruh pada pendanaan startup.

“Terutama untuk investor asing yang minat ke startup Indonesia,” ujar Eddi kepada Bisnis.

Adapun dari kucuran dana investor, Eddi menjelaskan mayoritas investor lokal umumnya bermain di early stage dan growth stage, sedangkan investor asing bermain di late stage.

Merujuk laporan Tracxn Geo Semi Annual Report bertajuk Indonesia Tech, ekosistem startup teknologi Indonesia mengumpulkan pendanaan senilai US$191 juta pada semester I/2024 atau turun 64% dibandingkan semester I/2023.

Jika ditinjau lebih lanjut, Indonesia merupakan negara dengan pendanaan tertinggi ke-29 pada semester I/2024. Menariknya, Jakarta, Yogyakarta, dan Bandung memimpin dalam hal total dana yang dikumpulkan sepanjang enam bulan pertama tahun ini.

Sementara itu, dua negara teratas dengan pendanaan terbanyak diisi oleh Amerika Serikat (AS), mengekor Inggris Raya.

Laporan tersebut mengungkap, startup seed stage telah mengumpulkan pendanaan senilai US$26 juta pada semester I/2024 atau turun 27% dari semester I/2023.

Lalu, startup early stage senilai US$113 juta pada semester I/2024, turun 24% secara tahunan (year-on-year/yoy) dari semester I/2023. Sedangkan startup late stage mencapai US$52,2 juta atau turun 85% dari semester I/2023.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper