Tingginya The Fed Bikin Investor Ciut Kucurkan Dana ke Startup

Rika Anggraeni
Selasa, 10 September 2024 | 17:07 WIB
Bagian luar Gedung Dewan Federal Reserve Marriner S. Eccles di Washington, D.C., AS, 14 Juni 2022./REUTERS-Sarah Silbiger
Bagian luar Gedung Dewan Federal Reserve Marriner S. Eccles di Washington, D.C., AS, 14 Juni 2022./REUTERS-Sarah Silbiger
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA — Tingginya suku bunga acuan Federal Reserve (The Fed) berdampak pada seretnya kucuran pendanaan dari investor untuk perusahaan rintisan (startup) di Indonesia. Hal ini memicu terjadinya fenomena tech winter di seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Berdasarkan catatan Bisnis, The Fed mempertahankan suku bunga acuan di level 5,25%—5,50%, namun bank sentral Amerika Serikat (AS) itu memberi sinyal penurunan pada September 2024.

Chairman of Nexticorn Foundation Rudiantara mengatakan bahwa kondisi pendanaan startup mengalami penurunan.

Dia menyampaikan bahwa pendanaan di Vietnam merosot 50% pada semester I/2024. Kondisi juga terjadi di Indonesia.

Menurut catatannya, pendanaan di Indonesia turun dari semester I/2023 US$526 juta menjadi sekitar US$300 juta pada semester I/2024.

“Memang kita masih di tech winter, tetapi kita berharap akhir tahun ini setidaknya mulai mengucur lagi [pendanaan] untuk startup, karena semua bergantung kepada Amerika, The Fed,” kata Rudiantara di Gedung Kemenkominfo, Selasa (10/9/2024).

Meski begitu, sambung Rudiantara, The Fed sudah memberi sinyal akan menurunkan suku bunga pada akhir tahun ini. Dengan penurunan suku bunga The Fed, dia berharap kondisi pendanaan startup akan menjadi lebih membaik.

Skemanya, jika suku bunga acuan turun, jelas dia, maka investor akan memilih instrumen lain untuk menyimpan uangnya.

“Tetapi karena kemarin tinggi, namanya uang, uang nggak punya kewarganegaraan. Jadi selalu cari yang lebih tinggi return-nya. Kami berharap akhir tahun ini [pendanaan ke startup] kembali,” tuturnya.

Dalam kesempatan yang sama, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi menuturkan bahwa Indonesia cukup terdampak dengan fenomena tech winter dalam beberapa tahun terakhir.

Kondisi tech winter, kata Budi, membawa tantangan serius bagi pertumbuhan sektor digital, terutama startup. Sebab, ketidakpastian ekonomi dan dinamika geopolitik global berpengaruh pada perkembangan ekosistem startup.

Di tengah berbagai tantangan, Budi menekankan bahwa masih ada banyak peluang untuk mengembangkan ekosistem startup. Salah satunya melalui pemanfaatan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) dalam pengembangan  startup.

“Saya ingin mendorong ekosistem startup dan pengembang teknologi nasional untuk bersatu padu membangun sovereign AI atau AI yang berdaulat,” ujar Budi.

Terlebih, Budi menyampaikan bahwa Indonesia memiliki segudang potensi sumber daya untuk menegakkan kemandirian dalam pengembangan emerging technologies.

Dia juga menyoroti budaya masyarakat Indonesia yang sering mengekor negara lain dan cenderung enggan untuk menjadi inventor.

Menurutnya, Indonesia tidak boleh hanya menjadi pengguna dan pasar teknologi, melainkan juga harus menjadi pemain yang diperhitungkan dalam value chain atau rantai pasok sektor digital global. 

Budi juga menilai Indonesia perlu memikirkan bagaimana startup mmapu memberdayakan sektor pertanian (agri-tech) dan sektor perikanan (aqua-tech).

“Karena kedua sektor inilah yang menjadi tulang punggung ekonomi kerakyatan kita, pilar ekonomi maritim kita,” tandasnya.

Penulis : Rika Anggraeni
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper