Airlangga Hartarto: Indonesia Butuh 9 Juta Talenta TI pada 2030

Rika Anggraeni
Selasa, 20 Agustus 2024 | 16:02 WIB
Ilustrasi Artificial intelligence/Alibaba Cloud
Ilustrasi Artificial intelligence/Alibaba Cloud
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkap bahwa Indonesia membutuhkan 9 juta pekerja teknologi informasi (TI) hingga 2030 seiring dengan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai lebih dari 270 juta.

Kondisi itu tak mengherankan membuat Indonesia menjadi pasar yang besar untuk industri teknologi baru, termasuk dalam hal mengoptimalkan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI).

“Indonesia membutuhkan 9 juta pekerja IT terampil hingga 2030 meskipun jumlah lulusan terus meningkat,” kata Airlangga dalam acara Sarasehan Nasional: Peluncuran Transformasi Policy Manifesto, Rekomendasi untuk Optimalisasi Ekonomi Digital Indonesia di Jakarta, Selasa (20/8/2024).

Bahkan, mantan Ketua Umum Partai Golkar itu menyebut permintaan talenta teknologi informasi tumbuh lebih cepat dibandingkan ketersediaan talenta komunikasi.

Untuk itu, menurut Airlangga, pemerintah terus mendorong sejumlah inisiatif seperti program literasi digital nasional Indonesia makin cakap digital dengan memberikan tema-tema pelatihan yang disesuaikan, seperti Big Data Analysis, Cyber Security, Internet of Things, Cloud Computing, Artificial Intelligence, Augmented Reality, Virtual Reality, Machine Learning, Coding, serta Digital Entrepreneurship.

Terlebih, Airlangga mengungkap bahwa saat ini Indonesia menduduki peringkat ke-6 dengan perusahaan rintisan (startup) terbesar, yaitu 2.646 startup. Dengan rincian 15 unicorn dan 2 decacorn. Dia melihat bahwa kondisi ini menunjukkan Indonesia siap untuk menjadi pemain utama di era gempuran AI.

Jika dilihat secara global, Airlangga menambahkan bahwa adopsi AI di sektor industri telah mencapai 56% di berbagai negara. Bukan hanya itu, generatif AI alias Gen-AI diproyeksikan mampu berkontribusi sebesar US$4,4 triliun per tahun pada ekonomi global.

Sebelumnya, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno menuturkan bahwa penggunaan teknologi kecerdasan buatan AI bisa memangkas biaya produksi hingga 20%. Kehadiran AI bisa membantu menurunkan ongkos atau pengeluaran untuk memproduksi suatu barang atau jasa, sehingga dapat menghemat biaya produksi.

Namun, Sandi melihat bahwa penghematan ongkos biaya produksi hingga 20% baru bisa terjadi pada 2025 ke atas. Dengan kata lain, kontribusi AI untuk ekonomi Indonesia belum bisa terlihat secara nyata di tahun-tahun awal.

“Menurut saya ada pengurangan cost sekitar 15–20% dari ongkos produksi [dengan adanya AI],” kata Sandiaga saat ditemui seusai acara Artificial Intelligence Institute for Progress (AIIP) Launch Day di Jakarta, Selasa (6/8/2024).

Selain menghemat ongkos produksi, dia juga menyebut bahwa penggunaan AI akan meningkatkan produktivitas Indonesia sekitar 20%—25% dari output ekonomi Indonesia.

Adapun jika dilihat dari portofolio pariwisata dan ekonomi kreatif, Sandi menuturkan bahwa kehadiran AI sudah bisa dimanfaatkan untuk menganalisa data wisatawan yang masuk ke Tanah Air.

“AI berhasil membantu kita menghasilkan capaian loncatan 10 peringkat dari posisi 32 ke posisi 22, AI membaca tren para wisata yang personalized, customized, localized, and smaller in size,” tuturnya.

Penulis : Rika Anggraeni
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper